"Belum lagi potensi kerawanan. Ini daerah perbatasan, bukan lokasi biasa. Tidak ada CCTV dan tidak ada lampu penerangan sama sekali," lanjutnya.
Kasrun tidak mengerti bagaimana PLBN Skouw yang begitu megah dan destinasi favorit wisata, bisa sampai aliran listriknya terputus berbulan-bulan.
"Kami tidak tahu apa masalah dan penyebabnya. Administraturnya ada, tapi kok ya berlarut-larut begini," kata pria kelahiran Gresik.
Baca juga: CEO Tribun Network: Tribun-Papua.com Rekrut Wartawan Lokal Untuk Mewakili Perspektif Dari Papua
Ia meminta otoritas berwenang yang mengelola PLBN Skouw segera menyelesaikan problem ini. Apalagi mendekati event PON XX 2021.
"Bagaimana jika nanti pengunjung berduyun-duyun, dan sampai malam dan PLBN Skouw masih gelap gulita?" kata Kasrun yang sudah lima tahun bertugas di Skouw.
Dulu, kata Kasrun, sela tiga tahun sejak diresmikan, suasana PLBN Skouw jika malam terang benderang dari ujung ke ujung.
Kontras dengan pos lintas batas Papua Nugini di seberang. Sekarang, suasana jadi sama saja di kedua wilayah perbatasan.
"Di sana gelap, di sini juga gelap," sambung pria ramah yang empat tahun lagi purna tugas.
Dampak lain dari matinya listrikndi PLBM Skouw, pengamanan di komplek tersebut tidak maksimal.
Penjaga keamanan tidak bekerja 24 jam. Ilham dan Ramadan, dua sekuriti yang ditemui Tribun-Papua.com, mengaku aplusan piket tidak berjalan baik.
Mestinya petugas keamanan bekerja 24 jam dalam tiga shift, yang jaga malam biasanya tidak pernah berjaga selewat pukul 24.00 WIT.
"Pulangnya tidak tentu, kadang ya pukul 20.00 atau 21.00 sudah kosong. Kita juga tidak dilengkapi peralatan keselamatan yang memadai, sementara ini tugas di perbatasan," kata keduanya saling menguatkan.
Ketiadaan listrik membuat segala aktivitas di PLBN Skouw berlangsung tidak normal. Secara formal, pos lintas batas itu ditutup sejak pandemi Covid-19.
Pihak RI mengikuti kebijakan Papua Nugini yang menutup perbatasannya tahun lalu, guna menyekat persebaran virus Corona dari wilayah Indonesia.