Bilal ternyata terindikasi mengidap Covid-19.
Nyawanya tidak tertolong karena tidak ada yang tahu bahwa dirinya adalah pasien positif Covid-19.
Sehari-hari, Bilal bekerja sebagai tukang becak. Hidupnya dia habiskan di becak berwarna merah itu.
Entah berapa uang yang ia dapatkan setiap hari, namun di akhir menjelang hayatnya, Bilal tak sanggup untuk berobat.
“Jadi, almarhum ini diketahui sudah sakit di atas becak beberapa hari sebelumnya. Warga sudah berinisiatif memberikan makan, merawat sebisanya,” ungkap Lurah Patehan, Handani BS kepada Tribun Jogja, Sabtu (24/7/2021).
Bagi masyarakat Patehan, Bilal sudah seperti keluarga sendiri. Dia menarik becak hampir selama 50 tahun dan mangkal di daerah Magangan Kulon itu.
Almarhum Bilal meninggal dalam sunyi. Sang anak semata wayang tidak menengoknya karena masalah keluarga dan hubungan yang tidak baik.
Anak tunggal Bilal itu tidak tinggal di Patehan, melainkan di Sewon, Bantul.
Baca juga: Aksi Pria Curi 5 Lipstik di Minimarket Palembang Terekam CCTV dan Viral di Media Sosial
Kematiannya justru ditemui oleh seorang warga bernama Dimas (18). Pelajar itu menemukan Bilal meringkuk di becak dengan mata tertutup dan tidak bergerak.
Ketika dipegang, Bilal seperti tidak ada tanda kehidupan, apalagi bereaksi. Dimas pun segera memberi tahu Ketua RT tentang kejadian tersebut.
Kemudian, Suryantoro (48) yang menjadi saksi kedua tidak menampik Bilal memang sudah sakit-sakitan sejak beberapa hari lalu.
Terakhir dia menengok Bilal sekitar pukul 14.30 WIB di hari yang sama.
Saat itu, nafasnya tersengal-sengal, memungkinkan ada yang salah dengan paru-parunya.
“Para warga ini sudah menghubungi putri almarhum. Namun, dia tak kunjung datang juga,” beber Handani.
Bilal memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Patehan, Kraton, Yogyakarta. Akan tetapi, dia tidak memiliki rumah tinggal di wilayah tersebut.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Tak Ada Rp 5 Juta, Pemakaman Tukang Becak Positif Covid-19 di Kota Yogyakarta Terkendala Biaya,