Namun memang seiring berjalannya waktu, semangat kreativitas kembali terkumpul, indutri batik merangkak perlahan dan kembali aktif.
Pemasaran secara online kini menjadi fokus mereka.
Mereka siaga dan peka, menangkap segala peluang yang ada.
Bahkan ada beberapa rumah industri batik di Laweyan yang mulai mengekspor produk batiknya.
“Untuk pasar langsung dari teman-teman itu ke Amerika Serikat, sedangkan kalau ke Eropa lewat Bali,” ujar Alpha.
Baca juga: Peringatan HUT Ke-76 RI, Menkominfo: Manfaatkan Teknologi untuk Berbagi Semangat Kemerdekaan
Alpha menyebut, FPKBL juga terus bersinergi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta.
Sebelumnya FPKBL sempat dimintai masukkan terkait fokus kebangkitan ekonomi kota berbasis budaya.
Alpha mengatakan pada waktu itu dirinya memberikan saran terkait digitalisasi pemasaran produk batik.
“Memang selama ini untuk pengusaha-pengusaha kecil kelas mikro itu sedikit kurang konsentrasi pada konteks digitalisasi, selama ini mereka masih mengandalkan penjualan offline, juga kunjungan wisatawan.”
“Hingga kini adanya pandemi Covid-19 memaksa mereka untuk memperkuat pemasaran secara online, tentu ini tantangan tersendiri,” lanjut Owner Batik Mahkota Laweyan tersebut.
Maka dari itu dirinya mengusulkan agar Pemkot Surakarta memberi dukungan terbentuknya IT and Digital Center di tiap-tiap kawasan industri kreatif.
Walaupun memang selama ini sudah ada komunitas terpusat digital di Sentral Industri Kreatif Semanggi Harmoni.
“Maksud saya itu kalau di sana (Sentral Industri Kreatif Semanggi Harmoni) menjadi pusatnya, nah yang di kawasan-kawasan industri kreatif ini menjadi kepanjangan tangannya,” katanya.
Asa Bagi Kaum Disabilitas