“Setiap catatan yang terkumpul saya tulis. Harapannya buku ini bisa menjadi referensi maupun inspirasi, pola kepemimpinan minimal bisa dicontoh."
"Di sini pak Arief banyak mendapat dukungan dari masyarakat karena pola-pola yang beliau kerjakan,” katanya.
Sumarni mengaku tak kesulitan membagi waktu selama menulis maupun tugas dan mengurus keluarga.
”Membagi peran saat menulis itu gak susah ya, kadang sambil nunggu anak sekolah saya kerjain, karena setiap perintah beliau kan saya catat ya,” ujarnya.
Buku Salam Zero berisikan 186 halaman dengan cover Brigjen Arief yang sedang memegang perisai menangkis mata panah yang diikuti lembaran uang.
Terdiri dari 29 bab di antaranya bab berisikan komitmen integritas hingga bab 29 dengan judul salam zero.
Bab salam zero mendefinisaikan maksud salam yang dikampanyekan oleh Brigjen Arief, dibentuk oleh lima jari, telunjuk dan jempol membentuk huruf 0 yang menandakan zero pungli, zero penyimpangan, zero tolerance.
Tiga jari lainnya tegak, jari tengah yang berarti tetap berpegangan kepada Pancasila, jari manis melambangkan Tribrata dan jari kelingking melambang catur prasetya.
Baca juga: Sederet Fakta Baru Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Hasil Autopsi Hingga Petunjuk Jejak Kaki
(Tribunnews.com/Daryono)