TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA - Raut wajah Ketut Tiasih sedih ketika ditemui di kediamannya di Dusun Peken, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Senin (10/1).
Bangunan Bale Dangin milik keluarganya itu ambruk rata dengan tanah, akibat hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Klungkung dan sekitarnya, Minggu (9/1) malam.
Senin pagi ia dan keluarganya membersihkan puing-puing bangunan yang roboh. Genting dan kayu masih berserakan di halaman rumah.
Sementara atap bangunan yang memiliki luas sekitar 6x4 meter itu sudah rata dengan tanah.
"Bangunan Bale Dangin ini roboh sekitar pukul 9 malam. Ketika kejadian hujan deras sekali, dan ada juga angin kencang," ungkap Ketut Tiasih, Senin (10/1).
Saat kejadian itu, kebetulan tidak ada seorang pun di bangunan Bale Dangin. Ia dan keluarganya malam itu berada di bangunan Bale Dauh.
Hujan deras dan angin kencang, tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh yang sangat keras disertai suara petir.
"Awalnya bangunan itu sudah miring, namun saat ada angin kencang, tiba-tiba bangunan itu roboh," jelas Ketut Tiasih.
Beruntung saat kejadian, tidak ada orang yang berada di bangunan Bale Dangin. Menurut Tiasih, bangunan Bale Dangin miliknya itu sudah berusia sekitar 20 tahun.
Akibat musibah itu, keluarga Tiasih mengalami kerugian meteriil lebih dari Rp 100 juta.
"Bersyukut keluarga tidak sampai luka karena musibah ini. Di sini ada 2 KK, terdiri dari 9 orang," ungkapnya.
Hal serupa dialami keluarga di Ketut Tiasih (50) di Desa Aan, Klungkung. Tembok rumahnya yang memiliki panjang sekitar 20 meter, roboh menimpa bangunan gudang.
"Saat kejadian saya di dapur. Terdengar suara petir yang sangat keras, dan ada gemuruh. Ternyata tembok rumah saya roboh," jelasnya.
Sementara itu, I Nengah Sudarta (55) tampak kebingungan mencari godel (anak sapi) miliknya yang hilang, Senin pagi.