Embusan gas tersebut, kara Eko, diduga akibat adanya air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan yang terpanaskan oleh batuan panas di bagian dangkal atau dibawah permukaan kawah.
"Lalu membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi, sehingga terjadi over pressure dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa embusan yang cukup kuat. Embusan berwarna putih mengindikasikan didominasi oleh uap air," kata Eko.
Menurut Eko, dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.
"Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman, sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi atau penguapan," katanya.
Ia mengatakan, kegempaan Gunung Tangkuban Parahu selama 1 Januari-11 Februari 2022 juga ditandai dengan terekamnya dua kali gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa frekuensi rendah, serta 80 kali gempa embusan.
Dominasi gempa embusan selama periode tersebut, kata Eko, menunjukkan adanya aktivitas hydrothermal di bawah tubuh gunung api dengan energi gempa yang dicerminkan oleh grafik real-time seismic amplitude measurement (RSAM) fluktuatif dan tidak menunjukkan adanya pola kenaikan pada akhir periode pengamatan.
"Pengamatan deformasi dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) tidak menunjukkan adanya gejala inflasi (penggembungan akibat kenaikan fluida) pada tubuh gunung api," ucapnya.
Tetap Dibuka
Meski terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu masih tetap dibuka seperti biasa. Kendati demikian, wisatawan diminta untuk mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Untuk aktivitas wisata masih dibuka. Pengunjung agar senantiasa berhati-hati dan memperhatikan arahan dari Badan Geologi maupun pengelola objek wisata," ujar Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat, Duddy Prabowo, kepada Tribun Jabar, saat dihubungi, Minggu (13/2/2022).
Ia mengatakan, pembukaan objek wisata Tangkuban Parahu tetap dilakukan karena berdasarkan pemantauan visual dan instrumental di pos pantau, potensi bahayanya masih terlokalisasi, sedangkan potensi erupsi besar, hingga saat ini masih belum teramati.
Baca juga: Sinopsis The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring, Petualang Frodo ke Gunung Orodruin
"Hasil koordinasi kami dengan petugas pos pantau juga bahwa Gunung Tangkuban Parahu saat ini tingkat aktivitasnya berada pada Level I atau normal," katanya.
Namun, sebagai langkah antisipasi, ujar Duddy, pihaknya juga sudah menyiagakan petugas BPBD untuk memantau kondisi terbaru aktivitas vulkanik di Kawah Ratu.
"Petugas kami terus memonitor di Gunung Tangkuban Parahu untuk mengetahui kondisi yang terbaru," ucap Duddy.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Ada Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Tangkuban Parahu Bisa Meletus Sewaktu-waktu