Sebab rasa ingin tahu saya terhadap kondisi kesehatan Syafril yang ketika itu matanya merah.
Selain itu saya juga "kepo" dengan kondisi rumah dan keluarganya pasca guncangan gempa.
Baca juga: BNPB: Lumpur Bergerak Pascagempabumi Pasaman Bukan Likuefaksi
Dengan senyum ia menjawab satu persatu pertanyaan itu.
"Kami sekarang mengungsi ke Kantor Bupati (Pasaman Barat)," kata Syafril saat menjawab pertanyaan kedua dari saya.
Ia menuturkan alasannya kenapa mengungsi ke posko pengungsian utama itu.
Rumahnya memang tak hancur serupa rumah tetangga, tapi gempa kencang yang membuatnya trauma mamaksa mengungsi.
"Biar aman, karena anak-anak masih kecil," ungkap Syafril.
Ia mengungsi sudah sejak Jumat lalu dan kini memasuki hari ketiga.
Bekal seadanya yang ia bawa sudah tidak lagi tersisa, terutama pakaian anak kesayangannya.
"Anak sudah nangis, karena bajunya dari kemarin tidak diganti, semuanya sudah kotor," tuturnya.
Syafril mengungkapkan, bersama temannya ia berangkat dari pengungsian ke rumahnya pagi tadi.
Sebelum berangkat, ia sempat mencari informasi apakah ada bantuan baju atau tidak.
"Bantuan baju belum ada, makanya saya pulang untuk ambil baju," terang Syafril.
Baca juga: Kepala BNPB Dorong Percepatan Penanganan Gempa Bumi M 6,1 di Pasaman Sumbar
Rumahnya berada di Jorong Tanjung Aro, Nagari Kajai yang berjarak belasan kilometer dari pengungsian.