Ketika itu, Amiluddin datang dalam keadaan sempoyongan.
Baca juga: VIRAL Video Guru Mengecek HP Siswanya saat Ujian dan Diduga Langgar Privasi, Ini Klarifikasinya
"Kebetulan saat turun dari mobil, Kadis Dukcapil melihat Amiluddin yang mengenakan sarung terlihat sempoyongan. Sehingga Bu Kadis inisiatif mengambil kursi roda untuk membawa Amiluddin ke mobil perekaman," ujar Andi, dikutip dari Tribun-Timur.com, Rabu.
"Beberapa saat setelah perekaman, Amiluddin terjatuh. Ia pun dibopong ke bangku panjang. Ternyata ia telah menghembuskan napas terakhirnya," tambahnya.
Jenazah Amiluddin kemudian RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba.
Andi melanjutkan penjelasannya, Amiluddin membutuhkan e-KTP untuk mengurus BPJS Kesehatan.
"Tapi karena tidak memiliki BPJS, pihak rumah sakit menawarkan untuk menggunakan surat keterangan tidak mampu dari pemerintah setempat," beber Andi.
Namun, tawaran dari rumah sakit ditolak oleh pihak keluarga pasien dan meminta keluar paksa.
Kesaksian pihak keluarga
Ipar Amiluddin bernama Suryaningsih memberikan kesaksiannya.
Ia mengatakan, sebelum dibawa ke untuk proses perekaman e-KTP, almarhum sempat dirawat di rumah sakit.
Selamat tiga hari Amiluddin terbaring di RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba.
Kemudian berdasarkan saran dari dokter, Amiluddin diminta menjalani operasi lantaran ada cairan di tubuhnya.
Baca juga: Viral Guru Tampar Siswa Berkali-kali di Prabumulih: Kepala Sekolah Sebut Diedit, Walikota Bereaksi
"Ada cairan di ususnya, sehingga harus dioperasi. Tapi tidak ada KTP-nya, jadi saya uruskan untuk lakukan perekaman," jelas Suryaningsih, dikutip dari Tribun-Timur.com.
Suryaningsih menyaksikan detik-detik Amiluddin menghembuskan napas terakhirnya.