"Namun, semenjak ada subsidi minyak, kita memang keterbatasan pengiriman dari supplier jadi bukan dari kitanya yang mengeluarkan sedikit tapi kita menunggu kiriman dari supplier," paparnya.
Masyarakat Kecewa
Melejitnya harga minyak goreng pascaHET dicabut membuat masyarakat kecewa.
Hal itu seperti yang dialami Rukiah, pemilik warung kaki lima di Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurutnya, di masa pandemi seperti sekarang ini, banyak masyarakat yang terkena dampak.
Dengan kenaikan minyak goreng, kata dia, membuat pedagang sepertinya semakin sulit.
"Saya jual makanan kaki lima dengan harga murah. Nah, kalau minyak goreng naik, berapa harga yang saya kasih naik makanan yang saya jual."
"Ini saja haga Rp 10.000 per porsi, masih susah laku karena masyarakat tidak punya uang," kata dia, sebagaimana dilansir Kompas.com.
Baca juga: Cerita Emak-emak di Cirebon Keliling Minimarket Bandingkan Harga Minyak Goreng: Ini yang Dicari
Rukiah pun mengaku sangat kecewa dengan pemerintah.
Dia juga mempertanyakan mengapa pemerintah kalah dari mafia minyak goreng.
"Sangat kecewalah dengan pemerintah. Aneh sekali, kok HET dicabut langsung banjir minyak goreng dan harga sudah meroket."
"Masa pemerintah kalah sama mafia minyak goreng?" ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Udin, penjual gorengan di Makassar.
Dia mengaku bingung dengan harga gorengan yang mesti dia jual setelah meroketnya harga minyak goreng.
"Harga gorengan yang saya jual Rp 1.000 per biji. Dulu sebelum harga minyak goreng naik, saya hanya untung tipis."
"Nah, kalau harga minyak goreng meroket seperti ini, bisa gulung tikar," katanya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana/Shella Latifa, TribunJabar.id/Eki Yulianto, Kompas.com/Hendra Cipto)