"Ya kalau secara bisnis hitungannya rugi. Harusnya kan di sini bisa dijual di harga Rp belasan juta. Mau nggak mau harus turun harga, bisa- bisa dibawah sepuluh juta," ungkapnya.
Ditanya soal persiapan penjualan hewan kurban menjelang Idul Adha, Suratman mengatakan dirinya terpaksa tidak berani menambah populasinya. Apalagi ia hanya pemain lokalan.
Baca juga: Wabah PMK di Semarang Belum Berakhir, Ternak Warga yang Terjangkit Makin Banyak
Kondisi ini berpengaruh terhadap jagal sapi. Beberapa diantaranya terpaksa harus mengambil daging di Surabaya. Karena di Lamongan tidak ada pemotongan.
"Sementara ya ambil daging ke Surabaya, atau memotong sendiri sisa sapi yang ada," kata M. Arif.
Di kebupaten tetangga, seperti Gresik, Jombang, Mojokerto dan Tuban, semua pasar hewan juga masih di tutup.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Moh Wahyudi mengungkapkan, pihaknya memaklumi apa yang menjadi keluhan para peternak atau kelompok pengusaha sapi.
Wahyudi berharap untuk sementara peternak menahan diri dan tetap melakukan pemantauan dan perawatan ekstra terhadap sapi-sapi peliharaannya.
"Jika kondisi membaik, sudah pasti akan ada pasar yang dibuka," kata Wahyudi.
Penulis: Hanif Manshuri
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Wabah PMK, Peternak di Kabupaten Lamongan Pasrah Sapinya Tak Bisa Terjual Jelang Idul Adha