TRIBUNNEWS.COM - Kirab malam 1 Suro adalah tradisi Keraton Kasunanan Surakarta yang dilaksanakan pada malam hari sebelum tanggal 1 Muharram.
Menurut KBBI, kirab adalah perjalanan bersama-sama atau beriring-iring secara teratur dan berurutan dalam suatu rangkaian upacara (adat, keagamaan, dan sebagainya).
Ritual kirab malam 1 suro telah menjadi tradisi selama ratusan tahun di Surakarta dan diwariskan secara turun temurun.
Makna dari ritual malam 1 Suro ini ialah refleksi diri atau mengingat kembali kesalahan yang telah diperbuat selama satu tahun yang telah dilewati.
Malam satu suro menandai bergantinya tahun, sehingga pada lembaran baru ini diharapkan berubahnya sifat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pada malam Ritual Kirab Satu Suro di Keraton Surakarta, ada ribuan orang berpartisipasi dalam iringan, dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta.
Baca juga: Arti Malam 1 Suro, Sejarah dan Makna Simbol Ritual Malam 1 Suro Tradisi Jawa dan Islam-Jawa
Mengenal Kirab Malam 1 Suro di Keraton Kasunanan Surakarta
Kirab malam 1 suro dihadiri oleh Raja beserta keluarga dan kerabat, kemudian abdi dalam wilayah Solo Raya, hingga masyarakat umum.
Pelaksanaan kirab malam 1 Suro juga menghadirkan Kebo (Kerbau) Bule sebagai cucuk lampah kirab, keturunan dari Kebo Kyai Slamet.
Kebo Bule bukan kerbau biasa.
Konon kerbau-kerbau ini adalah pusaka yang amat berharga bagi Sri Susuhunan Pakubuwono II, yang diberi oleh Bupati Ponorogo.
Kerbau itu diberikan kepada Sri Susuhunan PB II bersamaan dengan pusaka bernama Kyai Slamet, sehingga Kerbau bule ini dinamakan Kebo Kyai Slamet.
Kerbau bule yang sekarang berada di kawasan keraton adalah keturunan dari Kebo Kyai Slamet pada ratusan tahun silam.
Semua peserta kirab menggunakan pakaian warna hitam, dimana laki-laki menggunakan pakaian adat Jawa berwarna hitam atau yang dikenal dengan busana Jawi jangkep, dan wanita menggunakan kebaya berwarna hitam.
Barisan kebo bule berada di paling depan beserta pawangnya, barisan kedua dan selanjutnya adalah abdi dalem bersama putra-putri Sinuwun dan Pembesar Keraton yang membawa sepuluh pusaka Keraton.
Selama prosesi kirab berlangsung tak satupun peserta kirab mengucapkan satu patah kata, hal tersebut memiliki makna perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama setahun kebelakang.
Yang unik adalah selesainya ritual ini dilaksanakan, banyak masyarakat yang mengambil kotoran kebo bule.
Bagi sebagian orang, hal ini dipercaya membawa keberkahan dan juga kemakmuran, dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta.
Baca juga: Apa Itu Malam 1 Suro? Simak Sejarah dan Makna dari Peringatan Malam 1 Suro
Selama prosesi kirab berlangsung, tidak satu orangpun peserta diperbolehkan untuk berbicara meski hanya berbisik.
Makna laku tapa bisu sebagai bentuk instrospeksi diri atau perenungan akan perilaku selama ini yang kurang baik agar tidak terulang kembali.
Seluruh peserta laku tapa bisu mengenakan busana Jawa lengkap dengan beskap hitam untuk pria.
Sedangkan peserta kirab perempuan mengenakan kebaya gelap atau hitam dan sanggul Jawa dengan tusuk penyu.
Semua peserta juga tidak boleh mengenakan alas kaki, dikutip dari Puromangkunegaran.
Baca juga: Rute Kirab Pusaka Malam Satu Suro Keraton Kasunanan Solo Malam Ini, Start Pukul 23.00 WIB
Keraton Kasunanan Surakarta akan melakukan Kirab malam 1 suro
Tara Wahyu Nor Vitriani, Vincentius Jyestha Candraditya
Keraton Kasunanan Surakarta akan melakukan Kirab malam 1 suro yang diikuti kerbau atau kebo bule.
Sebelumnya, ada 11 ekor kebo bule yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Namun, 5 di antaranya saat ini sudah diisolasi di area Magangan untuk Kirab Malam 1 Suro.
Informasi tersebut diungkapkan oleh Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo.
Menurutnya, kirab akan dilakukan pada Jumat (29/7/2022) hingga Sabtu (30/7/2022) subuh.
Kirab malam 1 suro dimulai pukul 23.00 sampai selesai, biasanya menjelang subuh.
Kebo bule nantinya akan menjadi cucuk lampah atau menggiring kirab malam 1 suro.
Selain itu, Keraton Kasunanan Surakarta juga akan mengkirab pusaka.
Namun, KGPH Dipokusumo belum dapat memastikan jumlah pusaka yang akan dikirab.
"Mengenai jumlah (pusaka) sampai hari ini memang selalu berubah-ubah. Setiap tahun jumlahnya nggak pernah sama," terangnya.
Untuk rangkaian acaranya sendiri yaitu doa bersama, kirab, meditasi atau semedi, salat hajad di masjid Mojosono atau Paromosono yang berada di depan Masjid Agung, dan ditutup doa.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(TribunSolo.com/Tara Wahyu Nor Vitriani, Vincentius Jyestha Candraditya)
Artikel lain terkait Kirab 1 Suro