Akhirnya, Padepokan Nur Dzat Sejati itu pun digeruduk warga pada Minggu (31/7/2022).
Konflik tersebut akhirnya menyeret nama Desa Rejowinangun yang merupakan lokasi padepokan itu berada.
Mereka menuntut Padepokan milik Gus Samsudin agar ditutup.
Baca juga: Datang ke Blitar, Pesulap Merah Mengaku Penasaran dengan Kesaktian Gus Samsudin
Kepala Desa Rejowinangun, Bhagas Wigasto menduga opini dan perundungan dari warganet terhadap desannya berasal dari pengagum sosial Pesulap Merah.
Warga Desa Rejowinangun menganggap praktik perdukunan berbalut agama yang dijalankan Gus Samsudin telah banyak merugikan orang.
Senada dengan tudingan dari Pesulap Merah, mereka mengatakan Gus Samsudin tidak benar-benar memiliki kemampuan pengobatan spritual.
"Kata warga, beberapa pasien mengeluhkan masalah praktik yang dijalankan Gus Udin (Samsudin)," kata Bhagas, Senin (1/8/2022), dikutip dari Kompas.com.
Tanggapan PBNU
Konflik antara Pesulap Merah dengan Gus Samsudin juga turut menarik perhatian ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU).
Ketua Pengurus Besar NU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur mengingatkan pada masyarakat agar tidak percaya dukun.
Gus Fahrur melarang umat Islam menganggap dukun seperti kiai.
Ia juga menegaskan, karomah yang diberikan kepada seorang kiai berbeda dengan trik-trik yang dikeluarkan dukun.
"Kita harus selektif. Kita kan kadang dikiaikan, itu salah. Jangan kiaikan dukun," katanya, Selasa (2/8/2022), dikutip dari Hot.grid.id.
"Karomah itu diberikan kepada wali, kekasih Allah, tidak untuk jualan, tidak untuk komersil atau konten. (Kalau dukun) itu tipuan, sihir, atau sulap," kata Gus Fahrur.
Ia mengatakan, Nabi yang menerima karomah tidak mengajarkan hal yang aneh-aneh.
Nabi mengajarkan salat dan kebaikan, sehingga Gus Fahrur menegaskan agar masyarakat tidak tertipu praktik perdukunan.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Yunita) (Kompas.com/ Asip Agus Hasani) (Hot.grid.id/Angriawan Cahyo Pawenang)