Oleh karena itu, banyak rumah yang hancur dan atap rumah yang roboh.
"Sehingga dalam jangka waktu satu tahun ini mereka sudah mendapatkan hunian tetap di hunian relokasi yang sudah dibangun," kata Thariq.
Hingga hari ini, Senin (5/12/2022), Thariq mengaku belum mendapatkan laporan korban jiwa atas peristiwa erupsi Gunung Semeru yang disertai awan panas guguran (APG) tersebut.
"Tadi malam ada laporan kehilangan dua anggota keluarga, tapi sudah ditemukan pukul 07.00 WIB, sudah diamankan petugas," ujar Thariq.
Baca juga: Bupati Lumajang Bantah Kabar Kondisi Kawasan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Semeru Sangat Berbahaya
Pengungsi Masih Trauma
Mengenai trauma yang dirasakan warga tersebut, Mita Rosalia, salah satu pengungsi erupsi Gunung Semeru masih tidak menyangka erupsi tersebut kembali terjadi.
Mita mengatakan bahwa, peristiwa erupsi Gunung Semeru tahun ini membuka kembali rasa traumatis dalam benaknya karena mengalami dampak letusan Gunung Semeru 2021 lalu.
Sebelumnya, ketika mendengar kabar erupsi Gunung Semeru pada Minggu (4/12/2022) dini hari, Mita mengaku panik.
Saat itu Mita mengatakan jika dirinya tengah terlelap tidur.
"Panik sekali begitu mendengar kabar erupsi Gunung Semeru, saya kemudian membawa dua anak saya untuk menyelamatkan diri," ujar Mita, dikutip dari Surya.co.id.
"Nangis takut, kabur cari perlindungan, saya hanya mikir nyawa selamat," imbuhnya.
Kini, Mita hanya bisa berdoa dan berharap rasa traumanya tersebut mereda.
Baca juga: Riwayat Letusan Gunung Semeru Tahun 1818-2022, Gunung Berapi Aktif di Indonesia
"Saya berharap tidak ada erupsi susulan kembali dan bisa kembali ke rumah."
"Saya juga bingung mau tinggal di mana kalau tidak di rumah itu (Huntara)," ucap Mita.