"Nah, kami melapor karena dia malah mengaku sebagai korban pelecehan, padahal dia yang meminta sendiri," ungkapnya dikutip dari TribunJambi.com.
Selain memaksa menyentuh tubuhnya, pelaku juga sering memegang bagian kemaluan korban laki-laki.
Sementara korban wanita yang masih di bawah umur diminta pelaku menonton film dewasa yang sudah diberi.
Pelaku juga meminta korban wanita untuk melihat aksi ranjangnya bersama suami.
Baca juga: Jemaah Indonesia Diduga Lakukan Pelecehan di Masjidil Haram, Kemenag: Sudah Didampingi Pengacara
"Kalau korban cewek, hanya disuruh mengintip saat si pelaku dan suami sedang berhubungan suami istri."
"Suaminya tidak tahu, karena dia nyuruh korban mengintip dari luar, dengan membuka sedikit jendela. Memang korban sering dicekoki film dewasa," sambungnya.
Perbuatan NT dilakukan tanpa sepegetahuan suaminya.
"Suaminya juga syok pas tau kejadian ini," imbuhnya.
Kata Psikolog
Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Jambi, Dessy Pramudiani mengatakan anak-anak sangat rentan menjadi korban pelecehan seksual, terlebih ada ancaman dari orang dewasa.
Hal ini berbahaya karena ada kecenderungan para korban pelecehan seksual akan melakukan tindakan yang sama seperti yang dialami.
Baca juga: Kepala Sekolah di Trenggalek Dipindahtugaskan, Diduga Lakukan Pelecehan pada 5 Siswa SD
"Memungkinkan mereka akan melakukan hal yang sama jika tidak mendapatkan penanganan secara intensif untuk pemulihan kondisi psikologisnya," terangnya dikutip dari TribunJambi.com.
Menurutnya, pendidikan seks sejak dini sangat penting karena anak dapat mengetahui batasan bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh.
"Untuk orang tua diharapkan dapat memberikan psikoedukasi tentang seks sejak dini, sebagai upaya preventif terhadap kejadian yang tidak diinginkan," tandasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJambi.com/Srituti Apriliani/Aryo Tondang)