Menurut Tri, anaknya tidak juga menangis atau mengeluarkan suara sehingga ditakutkan terinjak dalam proses pencarian.
"Kalau anak saya tidak langsung menangis. Kalau langsung dicari posisinya juga tidak tahu, karena gelap, takutnya malah terinjak," pungkasnya.
Anak Tri akhirnya menangis dan dapat ditolong dari reruntuhan bangunan.
"Kemudian, saya langsung membawa istri dan anak ke Puskesmas. Saya bawa naik motor ke Puskesmas. Saya tidak menunggu mobil ambulans, karena di lokasi belum ramai. Istri luka lecet di kepala," sambungnya.
Kini tinggal anak Tri yang masih menjalani perawatan di RSUD Srengat, Blitar.
Tri menjelaskan ledakan terjadi begitu cepat dan dia tidak mengetahui tetangganya menyimpan bahan baku petasan di rumah.
"Tidak tahu kalau disitu (rumah Darman) membuat petasan. Tiba-tiba meledak. Saya kira terjadi gempa, karena bangunan tembok langsung runtuh," ujarnya.
Pengakuan Keluarga Korban
Para korban yang meninggal yakni pemilik rumah, Darman, Arifin dan Widodo yang merupakan anak Darman, serta Wawa yang diketahui adalah keponakan Darman.
Anak kedua Darman, Priyo mendatangi RSUD Srengat, Kabupaten Blitar pada Selasa (21/2/2023) untuk menerima jasad tiga anggota keluarganya.
Priyo mengatakan tiga korban yang meninggal merupakan anggota keluarganya.
"Arifin anak nomor tiga dan Widodo anak nomor empat. Saya anak nomor dua. Kami lima bersaudara," jelasnya, Selasa (21/2/2023), dikutip dari TribunJatim.com.
Baca juga: Warga Trauma Akibat Ledakan yang Tewaskan Satu Keluarga di Blitar: Saya Kira Gunung Kelud Meletus
Saat menerima tiga jenazah anggota keluarganya dari rumah sakit, Priyo mengaku hanya dapat mengenali jasad ayahnya.
"Tadi sempat di kamar jenazah, cuma mengenali (jenazah) ayah saya, kalau kedua adik saya, Widodo dan Arifin tidak bisa mengenali, kondisi rusak, tidak utuh," paparnya.