Saat itu, belum terjadi aksi rudapaksa oleh pelaku terhadap korban.
Baru setelah itu, pelaku merudapaksa korban dengan modus mengobati bisul korban.
4. Kecewanya Ayah Brigadir J Polri Tidak Pecat Bharada E: Anak Saya Dia Tembak
Keluarga Brigadir Yosua atau Brigadir J mengungkapkan kekecewaan terkait keputusan Polri yang tidak memecat Bharada Richard Eliezer alias Bharada E.
Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat mengungkapkan pihaknya memang mendukung Bharada E sebagai justice collaborator.
"Dia (Bharada E) kami dukung karena sebagai justice collaborator. Kami ingin kasus pembunuhan anak kami terungkap," kata Samuel Huatabarat, Rabu (22/2/2023).
"Kami dukung LPSK melindunginya supaya kasus terungkap, bukan dukung diterima lagi sebagai anggota Polri," lanjut dia.
Bharada E hanya mendapat sanksi berupa memutasi dan demosi setahun.
Vonis dari sidang etik kepada Bharada E terbilang ringan.
Selain vonis satu enam bulan oleh majelis hakim, Bharada E juga diterima kembali sebagai anggota Polri.
Kekecewaan Samuel muncul ketika mengingat jika pelaku penembakan Brigadir Yosua adalah Bharada E.
Samuel mengaku kecewa karena Bharada E tidak dipecat oleh Polri.
"Anak saya ditembak oleh dia. Bilang alasan diperintah. Jika diperintah, sebagai manusia dia tahu mana baik, mana buruknya, apalagi dia bukan robot.
Kecuali robot, bisa disuruh-suruh apapaun oleh operatornya. Sudah menembak diterima lagi jadi Polri. Kami kecewa," kata Samuel Hutabarat.
Soal vonis hukuman selama 18 bulan atau 1 tahun 6 bulan, Samuel Hutabarat tak permasalahkan.
Dia berharap, Polri memecat Bharada E supaya dijadikan pelajaran oleh polisi-polisi lain.
5. Fakta-fakta Kerusuhan di Wamena, Kios Warga Perantau Dibakar, Ada Provokasi Isu Penculikan Anak
Kerusuhan massa terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Tengah, Kamis (23/2/2023).
Kerusuhan terjadi di dekat Gereja GKI Ukul Ebe Hunik Sinakma, sekira pukul 14.30 WIT.
Dalam kerusuhan tersebut diwarnai dengan adanya aksi pembakaran bangunan ruko.
Kerusuhan tersebut ditengarai adanya provokasi isu penculikan anak.
Akibat adanya kerusuhan tersebut dilaporkan membuat warga ketakutan, termasuk takut peristiwa berdarah Wamena pada 2019 terulag kembali.
Diketahui sekelompok massa membakar kios milik warga perantau di Kampung Lantipo, melansir Tribun-Papua.com.
Asap hitam pun dilaporkan tampak membumbung tinggi, membuat warga lainnya ketakutan.
Disebutkan aksi kerusuhan terjadi lantaran massa emosi termakan isu provokasi terkait penculikan anak.
Warga terprovokasi setelah membaca isu beredar di media sosial.
Dalam informasi yang beredar mengatakan terdapat dugaan penculikan anak oleh perantau di daerah Distrik Napua.
Dalam info WhatsApp yang beredar, pelaku disebut menggunakan mobil pick up.
Penyebar informasi menuding polisi berupaya melindungi pelaku.
Dilaporkan Polres Jayawijaya masih menelusuri sosok penyebar pesan terkait penculikan anak yang diduga hoaks tersebut.
Sementara di lapangan aparat Gabungan TNI dan Polri melakukan pengamanan.
(Tribunnews.com)