Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rentetan awan panas guguran Gunung Merapi terjadi sepanjang Minggu (12/3/2023) malam.
Berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta, awan panas dengan jarak luncur terjauh terjadi pada pukul 20.40 WIB sejauh 2 kilometer ke arah barat daya ke Kali Bebeng atau Krasak.
Sementara di Magelang, abu vulkanik menutupi jalan. Petugas gabungan mulai membersihkan abu vulkanik yang menutupi jalan di Desa Krinjing, Magelang dengan menggunakan kendaraan taktis meriam air atau water canon milik kepolisian.
Baca juga: Gunung Merapi Sudah Luncurkan 60 Kali APG dalam 3 Hari, Warga Diminta Waspada Munculnya Banjir Lahar
Pembersihan jalan di Desa Krincing dinilai penting lantaran jalan menuju pos pemantauan gunung api.
"Kita melihat desa ini cukup tebal abu vulkanik yang turun dan di aspalan. Ini kalau tidak segera turun hujan cukup licin, sehingga kita dengan teman-teman TNI, damkar, relawan dan masyarakat bersama, water cannon kita gunakan untuk membersihkan jalan mudah-mudahan membantu masyarakat supaya (jalan) tidak licin," kata Kapolresta Magelang, Kombes Ruruh Wicaksono dalam tayangan Kompas TV, Senin (13/3/2023).
Pembersihan abu vulkanik guguran Gunung Merapi juga dibantu dua unit damkar untuk menyuplai air.
"Nanti kita lihat sampai sisi bawah sampai dengan bersih. Dibantu dengan 2 unit damkar juga ketika nanti airnya habis nanti akan disuplai dari mereka," katanya.
Selain jalan, beberapa sekolah juga mulai dibersihkan petugas seperti SDN 2 Krinjing dan TK Pertiwi Krinjing, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah.
Pembersihan sekolah tersebut dilakukan untuk menghindarkan para siswa dan guru dari abu vulkanik yang ada di sekolah.
"Biar tidak mengganggu proses belajar mengajar," kata TRC BPBD Magelang, Yudo Wasito.
Baca juga: Aktivitas Gunung Merapi Masih Tinggi, Belum Ada Rekomendasi Naik Tingkat, Warga Lakukan Ronda Malam
Status Gunung Merapi Masih Siaga
Hingga Senin (13/3/2023), status Gunung Merapi masih berada di level III atau Siaga.
Agus menjelaskan status Gunung Merapi yang tidak dinaikkan meski sudah erupsi sejak Sabtu (11/3/2023) siang.
Menurutnya penentuan kenaikan status aktivitas gunung berapi dilakukan berdasarkan ancaman bahaya pada masyarakat.
“Jadi, aktivitas vulkanik untuk yang menjadi sumber ancaman kepada masyarakat akan dievaluasi."
"Aktivitas saat ini belum mengubah rekomendasi bahaya setahun terakhir,” jelasnya, Minggu (12/3/2023).
Agus Budi Santoso menambahkan status aktivitas Gunung Merapi masih berada di daerah yang belum mengenai pemukiman.
Selama beberapa waktu ke depan, Gunung Merapi masih akan mengeluarkan APG.
Baca juga: PMI Bagikan 7.500 Masker kepada Masyarakat Terdampak Erupsi Gunung Merapi
“Data pemantauan (kegempaan) saat ini masih tinggi. Gempa vulkanik dalam masih terjadi 60-70 kali per hari."
"Sedangkan, gempa vulkanik dangkal tiga kejadian per hari dan multifase ada 17 kejadian per hari,” paparnya.
Menurutnya angka kegempaan Gunung Merapi masuk dalam kategori tinggi.
Ia mengatakan jika Gunung Merapi berhenti mengularkan APG, masih ada kemungkinan Gunung Merapi akan erupsi lagi.