"Jadi saat pertama kali ditemukan pintu kamar terkunci," ujar Kapolres.
Polisi lanjut Kapolres juga bergerak cepat dengan memeriksa jejak-jejak digital serta bukti-bukti yang ditemukan di lokasi kejadian untuk didalami agar kasus ini semakin terang benderang.
Saat ditanyakan adanya ancaman keamanan yang dialami oleh dr Mawar sebelum ditemukan meninggal dunia, Kapolres enggan menjelaskan lebih lanjut.
Yang jelas katanya polisi tidak akan membiarkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat terjadi di wilayah hukum Nabire lalu dialami oleh siapapun termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
"Kami tidak akan tinggal diam. Tak mungkin kami biarkan hal-hal yang menganggu Kamtibmas terjadi kepada siapapun termasuk dokter," ujarnya.
Isak Tangis Keluarga
Isak tangis Luter Toding Palamba pecah saat melepaskan kepergian jenazah putrinya, dr Mawartih Susanty, ke peristirahatan terakhir di Pekuburan Panaikang, Kecamatan Panakkukang, Makassar, Senin (13/3/2023) siang.
Ayah lima orang anak ini terlihat begitu terpukul atas peristiwa yang dialami putri ketiganya itu.
Baca juga: Sosok Mawartih Susanty, Dokter yang Meninggal Tak Wajar di Nabire Papua
"Bapak tidak sanggup mengantarmu ke tempat peristirahatan terakhir, bapak hanya sanggup melepasmu di rumah ini," kata Luter terisak saat menyampaikan sepatah kata dengan pengeras suara di rumah duka Jl Mannuruki II, Lorong I, Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurut Luter, begitu banyak kenangan yang tidak terlupakan dengan dr Mawar, sapaan Mawartih di rumah duka itu.
"Di rumah ini kita berkumpul bersama-sama, kamu (Mawar) tumbuh besar dan menjadi dewasa dan mencapai cita-citamu," kenang Luter.
"Kamu sudah mewujudkan cita-cita mu sebagai dokter spesialis paru. Namun, sayang tidak panjang perjalananmu," lanjutnya.
Menurut Luter, apa yang dialami Mawar adalah kejahatan.
"Di ujung sana terjadi suatu musibah yang tidak diduga, yang menurut perasaan itu sangat jahat," sebutnya.
Sepatah kata sang ayah itu membuat pelayat yang hadir tidak kuasa menahan tangis.
(Tribun Network/mus/wly)