TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Bentrokan antar-kelompok pecah di Jalan Tamansiswa, Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, Minggu (4/6/2023) malam.
Kedua kelompok yang terlibat bentrok tersebut yakni dari kelompok suporter Brajamusti dengan kelompok silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
Bentrok di Jalan Tamansiswa berawal dari Jalan Kenari, Kelurahan Muja Muju, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Minggu (4/6/2023) sore, sekira pukul 16.00 WIB.
Baca juga: BREAKING NEWS Dua Kelompok di Yogyakarta Bentrok, Polisi Masih Berjaga di Lokasi Kejadian
Menurut informasi, bentrokan tersebut dipicu oleh keributan pada Minggu (28/5/2023), di Parangtritis, Kalurahan Kretek, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.
Imbas peristiwa bentrokan tersebut ratusan orang diamankan aparat kepolisian.
Polda DIY Amankan 352 Orang
Polisi mengamankan 352 orang yang diduga terlibat dalam keributan antarkelompok di Jalan Tamansiswa, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Bentrokan antarkelompok itu terjadi di Jalan Taman Siswa pada Minggu (4/6/2023) malam.
Kedua kelompok yang sempat terlibat bentrok tersebut yakni dari kelompok suporter Brajamusti dengan kelompok silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
Sampai dengan saat ini, polisi terus melakukan pendataan baik korban luka maupun kerusakan sejumlah fasum akibat bentrokan yang terjadi Minggu (4/6/2023) malam itu.
Baca juga: Kronologi Bentrok di Yogyakarta: Massa Sempat Beri Umpatan ke Polisi, Irjen Suwondo Turun ke Jalan
"Untuk kerusakan kami masih melakukan pendataan. Untuk massa yang dievakuasi atau kami amankan berjumlah 352," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda DIY, Kombes Pol Nuredy Irwansyah Putra, saat jumpa pers di Mapolda DIY, Senin (5/6/2023).
Dia menjelaskan, 352 orang itu dimungkinkan terlibat dalam bentrokan di Jalan Tamansiswa pada Minggu malam kemarin.
Sejauh ini pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan terhadap 352 orang yang diduga terlibat bentrokan di Jalan Tamansiswa.
"352 orang yang diamankan saat ini ada di Mapolda DIY dan belum ada penetapan tersangka," terang dia.
Terkait saksi-saksi yang diperiksa, Direskrimum Polda DIY masih terus melakukan pendalaman terkait kejadian tersebut.
"Saksi-saksi belum ada, karena belum ada yang membuat laporan. Jadi ini kami terapkan model A," ungkapnya.
9 Orang Terluka
Polda DIY terus melakukan pendataan terkait para korban bentrokan yang terjadi pada Minggu malam.
Sampai dengan Senin siang ini, Polisi mencatat hanya ada 9 orang mengalami luka-luka.
"Terkait dengan luka-luka, kami masih melakukan pendataan karena yang terdata pada saat ini ada 9 yang luka-luka dan kami juga masih melakukan pendataan apakah ada masyarakat lain atau kelompok lain yang juga menderita luka-luka dan untuk kerusakan juga kami masih melakukan pendataan," ujar Direskrimum Polda DIY.
Polda DIY memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa bentrokan antar massa tersebut.
Kasus ini masih terus dilakukan pendalaman oleh aparat kepolisian.
Baca juga: 2 Kelompok yang Sempat Terlibat Bentrokan di Yogyakarta Sepakat Damai: Kami Menyesal
Hingga kini belum ada penetapan tersangka atas keributan yang terjadi pada Minggu malam kemarin.
Kapolda DIY Turun Tangan
Kapolda DIY, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, mendamaikan dua kelompok yang sempat terlibat bentrok di Jalan Tamansiswa, Kota Yogyakarta.
Kedua kelompok yang terlibat bentrok tersebut yakni wadah suporter PSIM Yogyakarta, Brajamusti, dan perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
Di hadapan Kapolda DIY, kedua kelompok menyatakan sikap damai pada Senin (5/6/2023) dini hari.
Baik PSHT maupun Brajamusti sepakat menyesalkan bentrokan yang terjadi dan setuju untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah Yogyakarta.
Bentrok di Jalan Tamansiswa, Kota Yogyakarta yang terjadi pada Minggu (4/6/2023) malam itu diakui dua kelompok tersebut merupakan buntut dari perisitiwa dugaan penganiayaan yang terjadi di kawasan Pantai Parangtritis pada 28 Mei 2023 lalu.
"Kami sesalkan kejadian di kawasan Pantai Parangtritis pada 28 Mei lalu, kasus itu sudah ditangani kepolisian dan ditangani sesuai proses hukum berlaku," kata Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin, didampingi Kapolda DIY.
Diketahui, peristiwa 28 Mei 2023 berawal dari keributan yang melibatkan anggota kedua kelompok di Vila Rangdo Parangdok, Parangtritis Bantul.
Dalam peristiwa itu, dikabarkan seorang anggota PSHT terluka ketika mencoba melerai keributan itu hingga akhirnya berbuntut.
"Kami meminta semua pihak menjaga kondusivitas di Yogyakarta," sambung Burhanuddin
Sementara Ketua Cabang PSHT Yogyakarta, Sutopan Basuki, mengatakan pihaknya juga menyesalkan kejadian pada 28 Mei di Parangtritis hingga akhirnya berbuntut panjang.
Baca juga: Kronologi Bentrok di Yogyakarta: Massa Sempat Beri Umpatan ke Polisi, Irjen Suwondo Turun ke Jalan
"Kami juga menyesalkan peristiwa (keributan) yang terjadi pada Minggu petang, kami minta semua pihak menahan diri dan menjaga kondusivitas di Yogyakarta," kata Basuki.
Basuki mengatakan banyak anggota PSHT yang juga anggota Brajamusti dan begitu pula sebaliknya.
"Jadi Brajamusti dan PSHT itu sebenarnya satu," kata Basuki.
Dari informasi yang beredar, bentrok pada Minggu (4/6/2023) diawali pada pukul 17.00 WIB, saat sekitar 500 massa PSHT berencana menuju Wisma PSIM Yogyakarta di Baciro.
Namun mereka dihadang oleh jajaran kepolisian Polsek Umbulharjo, Polresta Yogyakarta dan Satuan Brimob Polda DIY dan anggota Koramil Umbulharjo agar tidak bentrok dengan massa dari Brajamusti.
Sekitar pukul 17.30 WIB, massa PSHT diarahkan keluar dari Jalan Kenari Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta untuk mencegah terjadinya bentrok dengan warga maupun massa Brajamusti.
Selanjutnya pada pukul 17.46 WIB, massa PSHT dihalau petugas ke arah jalan Kusumanegara.
Berikutnya pada pukul 18.15 WIB massa PSHT sudah dialihkan ke arah Jalan Tamansiswa.
Kemudian pukul 18.55 WIB, massa PSHT diarahkan putar balik arah Utara Jalan Tamansiswa untuk menghindari bentrok dengan warga yang sudah banyak berkumpul.
Massa PSHT sempat bertahan di sepanjang Jalan Tamansiswa dan mematikan sepeda motor sebelum akhirnya dievakuasi dengan 16 truk ke Markas Polda DIY.
Tangis Histeris
Seorang wanita tiba-tiba berteriak histeris sembari meneteskan air matanya berharap bentrokan di Jalan Tamansiswa, Kota Yogyakarta, Minggu (4/6/2023) malam segera berakhir.
Perempuan tersebut meminta semua massa pulang ke rumah masing-masing sehingga suasana dapat kembali normal seperti sedia kala.
Dia juga terlihat amat menyesalkan kejadian bentrokan antar-massa yang disebut berasal dari luar kota dan warga Yogya, sebab telah merusak bangunan bersejarah Pendapa Tamansiswa.
"Kula tiyang (saya orang) Jogja, Pak. Besok (hari ini) anak-anak harus sekolah, (di sini) ada TK, SD, SMP. Jenengan (Anda) juga harus bekerja," teriak perempuan berbaju biru itu.
Dia turut mengais sisa-sisa tulisan Pendapa Tamansiswa yang beberapa di antaranya mengalami kerusakan.
"Kula boten ikhlas (saya tidak ikhlas) bangunan ini bersejarah. Sampun, Pak (sudah, Pak)," teriak perempuan tersebut sembari merintih.
Pantauan di lapangan, semalam sekitar pukul 21.36 aparat kepolisian masih terus berjaga-jaga di lokasi bentrok. Kelompok besar massa masih berada di lokasi bentrokan.
Sejumlah sepeda motor terpantau ambruk berserakan, diduga milik kelompok massa yang sudah diangkut polisi menggunakan truk.
Baca juga: 2 Kelompok yang Sempat Terlibat Bentrokan di Yogyakarta Sepakat Damai: Kami Menyesal
Kronologi Bentrokan
Bentrokan antar-kelompok pecah di Jalan Tamansiswa, Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, Minggu (4/6) malam.
Bentrokan ini bermula dari Jalan Kenari, Kelurahan Muja Muju, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Minggu (4/6) sore, sekitar pukul 16.00.
Sekitar pukul 20.30, kerusuhan masih berlangsung di Jalan Tamansiswa. Suasana mencekam. Warga dan polisi berada di lokasi kejadian.
Menurut informasi yang didapatkan Tribun Jogja, bentrok ini dipicu oleh keributan pada Minggu (28/5), di Parangtritis, Kalurahan Kretek, Kapanewon Kretek, Bantul.
Kemudian, pada Minggu (4/6) sore, sekitar pukul 17.00, di Jalan Kenari datang rombongan berjumlah ratusan orang untuk menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di Parangtritis tersebut.
Massa pun diadang oleh jajaran kepolisian dari Polsek Umbulharjo, Polresta Yogyakarta, Satuan Brimob Polda DIY, serta personel Koramil 0734/07 Umbulharjo agar tidak terjadi bentrok.
Pukul 17.30, massa diarahkan keluar dari seputaran Jalan Kenari untuk mencegah keributan. Lalu, pukul 17.46, massa didorong oleh pihak keamanan ke arah Jalan Kusumanegara.
Pukul 18.15, massa didorong ke arah Jalan Tamansiswa. Pukul 18.55, massa kemudian diarahkan putar balik ke arah utara Jalan Tamansiswa guna menghindari bentrok.
Namun, kericuhan tak dapat terhindarkan. Massa yang sebelumnya digiring ke Jalan Tamansiswa didorong ke selatan dengan dikawal polisi agar eskalasi bentrokan tidak membesar.
Hingga akhirnya beberapa di antara massa tersebut masuk ke truk polisi untuk dievakuasi.
Beberapa lainnya mengendarai sepeda motor untuk keluar dari seputaran Jalan Tamansiswa. (Tribunnews.com/TribunJogja.com)