TRIBUNNEWS.COM - Dosen di Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat, disanksi pihak kampus karena terindikasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Trangender (LGBT).
Dua orang yang mendapatkan sanksi tersebut berstatus non-PNS dan PNS.
Dosen yang berstatus non-PNS langsung dipecat.
Lantas yang berstatus PNS terkena skorsing.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris UNP, Erianjoni.
Ia mengungkapkan, kasus indikasi LGBT ini terungkap dua tahun yang lalu.
Baca juga: Pasangan LGBT di Pekanbaru Terjaring Razia, Ini Kata Pj Wali Kota hingga Kecaman Gubernur Riau
Pihak kampus pun langsung melakukan pemeriksaan dan pemberian saksi.
"Sanksi skorsing diberikan selama enam bulan," ujarnya seperti yang diwartakan TribunPadang.com.
Erianjoni mengungkapkan, terungkapnya kasus ini bermula dari pengaduan orang terdekat.
Barang bukti adanya indikasi LGBT juga ditemukan di penyimpanan eksternal yang tertinggal di komputer oknum dosen.
"UNP tidak segan-segan menindak oknum dosen maupun mahasiswa yang melakukan perilaku menyimpang," ujarnya.
Hukuman Skorsing Berakhir
Erianjoni menambahkan, dosen yang terkena skorsing sekarang hukumannya sudah berakhir.
"Skornya sudah berakhir," ujarnya.
Mengutip TribunPadang.com, dosen tersebut juga telah kembali mengajar.
Erianjoni menambahkan, jika oknum dosen tersebut kembali melakukan penyimpangan, maka akan diberikan saksi yang lebih berat.
"Kalau dia kembali melakukan, ya ada sanksi berikutnya, lebih berat," kata Erianjoni.
Pihak universitas, kata Erianjoni, tidak memberikan toleransi bagi civitas akademika UNP yang melakukan penyimpangan.
Baca juga: Dinsos Temukan Remaja LGBT di Wonogiri, Psikolog: Disebabkan Lingkungan dan Masalah Hormon
Komunitas LGBT di Wonogiri
Tak hanya menyasar mereka yang telah dewasa, beberapa waktu lalu di Wonogiri, Jawa Tengah juga ditemukan komunitas LGBT yang beranggotakan remaja usia sekolah.
Komunitas tersebut ditemukan oleh Dinas Sosial.
Forum Anak Wonogiri pun ikut mengomentari temuan tersebut.
Abit Fadhillah Ramadhani selaku Ketua Forum Anak Wonogiri mengatakan, pergaulan anak saat ini bisa sangat bebas.
Ia juga mengaku tak kaget atas temuan tersebut.
"Untuk fenomena LGBT sendiri, kita sudah harus menyadari bahwa selalu ada kemungkinan untuk terjadi kasus seperti itu," kata Abit, kepada TribunSolo.com.
Meski begitu, ia mengatakan harus ada perlu pengecekan tentang kebenarannya.
"Namun hal tersebut memang masih perlu dicek kebenarannya. Mungkin bisa saja karena mereka merasa bercanda mengenai hal tersebut dan dianggap wajar-wajar saja. Atau mereka merasa keren apabila mendukung LGBT," kata Abit.
Baca juga: LGBT Tidak Bisa Ditangkap di Indonesia, Begini Penjelasan Mahfud MD
Ia juga menyebut, salah satu hal yang bisa mempengaruhi adanya LGBT adalah pengaruh internet.
Di sosial media, banyak yang pro dan kontra akan adanya LGBT, yang mana beberapa kubu pro LGBT menilai sebagai orang yang open minded karena menerima perbedaan.
"Padahal hal tersebut (open minded) memiliki ranah berbeda dengan fenomena LGBT," kata dia.
Abit juga mengatakan, pihaknya sudah memiliki rencana dan langkah untuk menanggulangi LGBT di Wonogiri.
"Forum Anak Wonogiri juga sudah memiliki rencana dan langkah untuk menanggulangi fenomena LGBT ini," tandas dia.
Diketahui, temuan grup LGBT yang berisikan anak sekolah diungkap oleh Bupati Wonogiri, Joko Sutopo.
"Dinas Sosial sudah menemukan grup atau kelompok LGBT," ungkapnya, dikutip dari TribunSolo.com.
Ia menilai, hal tersebut merupakan fakta yang harus disampaikan dan dicermati berbagai pihak.
"Ini menurut saya mengkhawatirkan. Ini kan berarti terjadi pergeseran perilaku sosial," terang Jekek, sapaan akrabnya.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunPadang.com, Rima Kurniati)(TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti)