"Bahasa dari SS (rekan YFY) jangan sampai ketahuan polisi. Ini yang buat kami curiga," ujar Herdison.
Pihak keluarga menolak autopsi karena kendala biaya.
"Karena dikatakan dari rumah sakit biayanya mencapai 20-an juta (autopsi). Keluarga panik juga bingung, uang segitu ndak mungkin ada. Sedangkan ongkos biaya rumah sakit katanya dari teman almarhum SS. Saya juga bingung SS ini yang mana," jelas Herdison.
YFY kata Herdison bekerja dengan SS di sebuah cafe di Kota Sintang.
Sudah dua tahun dan selama di Kota Sintang, dia tinggal di rumah kost.
Saat jenazah YFY tiba di rumah duka, Herdison sempat melihat ada sejumlah memar pada tubuh keponakannya.
"Waktu saya buka terlihat ada memar biru di muka, leher, dada. Kita minta kasusnya diungkap seterang-terangnya. Jangan ada rekayasa. Karena kematian ini di tempat yang tidak wajar dan sangat tidak wajar," tegas Herdison.
Andreas, tokoh pemuda perbatasan sekaligus Panglima Aliansi Solidaritas Anak Peladang (ASAP) mendesak pihak kepolisian memeriksa lima orang yang nge-room karaoke bersama dengan Yolanda pada malam sebelum meninggal.
"Kami rasa ini kematian janggal. Jangan takut kami pasang badan. ASAP bisa melaporkan kami minta pihak aparat secepatnya memproses kelima orang yang ikut ngeroom dengan Yolanda. Dalam tempo satu minggu kami harap ada perkembangan yang signifikan terhadap lima orang itu," tegas Andreas.
Artikel ini telah tayang di TribunSintang.com dengan judul Gadis 17 Tahun di Sintang Diduga Meninggal Tak Wajar di Tempat Hiburan Malam Usai Karaoke
Artikel ini telah tayang di TribunSintang.com dengan judul Polres Sintang Selidiki Penyebab Kematian Gadis Desa di Tempat Hiburan Malam