News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bobby Nasution Digugat Ahli Waris Gedung Warenhuis, Ini Tanggapan Wali Kota Medan

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ahli waris Gedung Warenhuis menuntut Wali Kota Medan Bobby Nasution Rp1 triliun.

Setelah itu dibiarkan terlantar dimakan usia dan belukar, lalu terbakar pada 2013.

Pascakebakaran 2013, beberapa warga yang sehari-hari berjualan menjadikannya tempat tinggal hingga saat ini.

Kemudian, organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) juga menjadikan gedung dingin dan megah ini sebagai sekretariatnya.

Alhasil, dinding buramnya menjadi gantungan plank nama organisasi dan spanduk parpol.

Keberadaan bangunan bersejarah Warenhuis di Kota Medan menjadi sebentuk kajian preservasi terhadap keberadaan bangunan bersejarah di Kota Medan, yang tidak hanya sebagai tinggalan masa lalu semata melainkan juga sebagai simbol keterkaitan sejarah antar masa dan juga sebagai bagian kekayaan arsitektural Kota Medan yang beragam.

Awal mula gedung dibangun, gedung ini berfungsi sebagai kamar dagang Belanda, lalu beralih fungsi sebagai gedung opera dan setelah Indonesia merdeka gedung ini menjadi gedung perkantoran.

Bangunan berukuran sekitar 15 x 30 meter itu memiliki bungker sebagai area menyimpan barang dagangan (gudang) sebelum disajikan kepada pembeli.

Supermarket ini menjual berbagai jenis barang, mulai makanan, pakaian, hingga produk elektronik.

Baca juga: Tingkatkan Keamanan, Walkot Medan Bobby Perintahkan Camat dan Lurah Lebih Mengenal Warganya

Dulunya hanya orang-orang kaya pribumi, bangsawan, Eropa dan Cina yang dapat berbelanja di toserba ini.

Gedung ini bisa menjadi saksi dan bukti kalau sistem perdagangan di Kota Medan sudah maju sejak lama.

Fungsi Warenhuis Pada Masa Hindia Belanda

Sejak 1918, Medan pun menjadi sebuah kota tempat bertemunya pemilik modal dan pengguna modal, dari hampir seluruh bangsa di dunia dan suku di Indonesia.

Berbagai elemen yang ada pun memainkan perannya secara maksimal pada bentuk wujud baru tanah Deli ini.

Bangsa Arab, Punjab dan Tionghoa contohnya, mereka secara harmonis memajukan perekonomian Medan dengan keahlian dagang yang mereka miliki.

Beberapa golongan Tionghoa juga tercatat menjadi ahli dalam bidang perkayuan di kota baru ini.

Suku Jawa, etnis Tamil dan beberapa golongan Tionghoa menjadi motor dalam memajukan usaha perkebunan di kota Meda sebagai buruh.

Semua elemen ini melebur menjadi satu kesatuan dengan identitas baru yakni 'orang Medan'.

Perkembangan sebuah kota dari sisi ekonomi juga menciptakan spot spot baru sebagai wujud urban.

Esplanade (Lapangan Merdeka) sebagai sebuah tempat terbuka umum menjadi sarana hiburan terbuka bagi orang Medan, untuk sarana hiburan lainnya seperti toko toko yang menjajakan barang barang baik dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier pun mulai banyak dibuka dibarat daya Esplanade.

Daerah yang dikenal dengan nama Kesawan menjadi deretan pertokoan dan juga tempat bersosialisasi bagi sesama orang Medan.

Tidak ada perbedaan warna kulit maupun bangsa di daerah ini, karena daerah ini hanya melihat seberapa banyak modal yang dimiliki untuk berbelanja atau bahkan sekedar untuk membayar secangkir kopi Jawa yang dahulu sangat terkenal.

(Penulis: Anisa Rahmadani)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Ahli Waris Gedung Warenhuis Tuntut Wali Kota Medan Rp 1 Triliun

dan

Kisah Menarik Gedung Warenhuis Medan Berdiri Tahun 1919 Jadi Pusat Perbelanjaan Terbesar di Sumatera

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini