TRIBUNNEWS.COM - Kasus gigitan hewan penular rabies di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat nampaknya masih tinggi.
Dari data Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Bukittinggi, meski belum ada kasus positif rabies, namun selama satu semester ini, telah ada laporan 68 gigitan hewan penular rabies.
Seluruh kasus gigitan tersebut, ditemukan hampir di setiap kelurahan yang ada di Kota Bukittinggi.
Bahkan, kasus tertinggi ada di bulan Juni lalu, dengan 22 kasus yang dilaporkan warga.
Warga Diminta Vaksin Hewan Peliharaan
Petugas Lapangan DPP Kota Bukittingi juga mengonfirmasi bahwa hingga kini masih belum ada kasus positif rabies.
Baca juga: Pemda Deliserdang Kekurangan Vaksin Rabies, Dinas: Sudah Mulai Habis
"Positif rabies pada hewan untuk tahun ini belum ada, tapi kasus gigitan anjing dan kucing lumayan banyak," kata drh. Tri Nola Maya Sari.
Kasus gigitan tersebut dinilainya, belum masuk kategori rabies. Pasalnya, rabies disebabkan oleh air liur hewan yang terinfeksi lalu masuk ke tubuh melalui gigitan.
"Kalau hanya digigit saja, tapi hewannya tak positif rabies. Masih bisa diobati dengan mudah. Cukup bersihkan area yang digigit hewan itu" ungkap dokter hewan dari DPP Bukittinggi tersebut.
Tanda hewan yang terinfeksi rabies, menurut Nola, dibuktikan dengan kondisi fisik dari hewan itu sendiri. Lalu, tingkah laku yang terlihat dari sang hewan.
"Jika hewan yang menggigit kita itu ditemukan mati dalam rentan waktu 14 hari, maka bisa dipastikan hewan itu positif rabies, masyarakat harus waspada dan segera cek ke dokter terkait kasus gigitan yang dirasakan," ungkap Nola.
Lebih lanjut, Nola merincikan, tanda anjing yang terinfeksi rabies adalah meningkatnya produksi air liurnya. Kondisi ini bisa dilihat dengan kasat mata.
Lalu, anjing tersebut bakal lebih agresif dari biasanya. Jika sudah menunjukkan gejala yang demikian, menurut Nola, besar kemungkinan anjing tersebut positif rabies.
"Untuk menangkal virus rabies ini, diharapkan bagi masyarakat yang punya hewan peliharaan supaya bisa melakukan vaksinasi rabies," tutur Nola.