Tapi, menurutnya, di dalamnya memang hanya berisikan petani pengguna air saja. Apalagi selama ini banyak persoalan yang terjadi di tingkat desa.
Di mana, desa sendiri tidak mengurus saluran air tersiernya atau petak-petak sawah, akibatnya, suplai air dari saluran induk sangat kecil karena petaninya malas untuk mengurus dari saluran irigasi.
“Tapi, sejak terbentuknya FRI, saat musim kemarau saja hanya sedikit petani di Desa Bulurejo yang menyedot air dengan pompa. Kemudian di Desa Kaniban, para petaninya juga sudah mulai membersihkan saluran tersier. Selain membersihkan sedimentasi, 4kami juga memperbaiki plengseng yang ambrol supaya lebih kuat dan fungsional. Artinya, FRI yang baru hampir dua tahun berdiri, hasilnya sudah dirasakan para petani,” ucapnya.
Agus Riyono, anggota FRI dari P3A Desa Bulurejo menambahkan saat ini sudah 90 persen persawahan di desanya yang terairi dari sebelumnya hanya 15 persen saja.
“Dengan adanya FRI yang diinisiasi AQUA Klaten dan Gita Pertiwi yang memberikan semangat motivasi dan solusi-solusi cantik. Alhamdulillah, saluran-saluran sekunder kita pun juga bisa tersentuh dan sudah 95 persen saluran tersier kita jalan semua dalam kondisi sehat dan berfungsi,” ucapnya.
Dengan asupan air irigasi yang cukup ke semua persawahan, dia mengatakan kelembaban tanah bisa terjaga dan kesuburan tanaman pun bisa lebih bagus.
Bendung Bagor dibangun tahun 1954 berfungsi untuk mengaliri irigasi sawah petani di hilir. Meski umurnya sudah 67 tahun namun hingga kini bendung tersebut masih berfungsi dengan baik.
Agus Riyono menambahkan, FRI masih memerlukan pendampingan dari pabrik Aqua, karena masih terdapat sedimentasi pada Bendung yang perlu untuk dibersihkan lagi, sehingga aliran air akan lebih baik.
Selain itu beberapa saluran tersier juga telah mengalami kerusakan sehingga terdapat petak petak sawah yang mengalami kebocoran dan kelebihan air.
“Kami berharap pendampingan ini jangan dihentikan dulu, karena masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan seperti kerusakan saluran tersier dan sedimentasi bendung”, tambahnya.
Sementara itu Rama Zakaria Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten menyampaikan bahwa pihaknya mendukung aksi kolaboratif yang ada.
”Secara berkala kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak bersama. Selain Masyarakat pengguna air seperti petani dan warga desa, dari elemen TNI yaitu Kodim 0723/Klaten dan akademisi juga kita ikut bergerak bersama”, Kata Rama.
“Upaya di hilir ini melengkapi pendekatan komprehensif dari manajemen air kami dari Hulu Merapi hingga di Hilir, di Juwiring ini. Sekali lagi kami tidak bekerja sendiri dan selalu akan mengedepankan semangat kolaborasi dan bersinergi”, tutupnya.
(*)