Sementara itu, biaya pengobatan RDC ditanggung BPJS kesehatan.
Namun, untuk biaya operasional, Sukardi terpaksa berhutang bahkan menjual kambing.
Saat ditemui TribunSolo.com, RDC mengaku ia merasa sakit saat siang hari.
Beruntung pada malam harinya, RDC masih bisa tidur.
"Nggak bisa jalan, sakit biasa pas siang hari, kalau malam hari tidak sakit, kalau malam bisa tidur," ujar RDC.
"Kalau sakit dielus-elus, nggak sakit setelah itu," sambungnya.
Salah seorang tokoh masyarakat, Bambang Widjo Purwanto menyayangkan lambannya tindak lanjut dari pemerintah setempat.
Dimana, ia melihat RDC sudah sering dikunjungi petugas kesehatan, namun hingga berbulan-bulan RDC belum mendapat kesembuhan.
Ia berharap meski biaya pengobatan sudah ter-cover dengan BPJS, pemerintah atau masyarakat bisa membantu kebutuhan RDC yang lain.
Seperti biaya transportasi dari Sragen menuju Solo atau untuk biaya makan, agar gizi RDC dapat dijaga.
"Kejadian seperti ini mungkin sudah terjadi kesekian kalinya, saya tahu baru tadi malam, harapan saya pemerintah bisa mempercepat proses ini agar anak segera ditangani, kalau hanya dikunjungi, kapan sembuhnya," jelasnya.
"Butuhnya kan tidak hanya BPJS saja, untuk biaya transpor ke rumah sakit, misalnya ke Solo harus pakai kendaraan, harus baya ini itu, makannya dia, itu kan harus diperhitungkan," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Putri Penjual Cilok di Sragen Berbulan-bulan Merintih Kesakitan, Tumor Tulang di Kaki Kian Membesar