TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Kegiatan Galanggang Arang mendapat sambutan positif dari para Ninik Mamak Minangkabau.
Mereka ikut merumuskan kesepakatan pada saat dialog warisan budaya bersama para pemuka masyarakat dari nagari-nagari di tujuh kabupaten dan kota di Sumatra Barat yang digelar di Asrama Haji, Tabing, Kota Padang.
Para pemuka masyarakat tersebut terdiri atas Ketua Kerapatan Adat Nagari, Bundo Kanduang, Wali Nagari, dan camat.
Mereka dipandang sebagai pelaku penting dalam upaya merawat dan mengembangkan objek-objek warisan budaya.
Baca juga: Dorong Kebijakan Pemerintah Berbasis Kebudayaan, Pusat Kebudayaan Minangkabau Gelar Seminar
Kesepahaman untuk merawat warisan budaya diharapkan muncul sebagai gerakan bersama.
Ketua Kerapatan Adat Nagari Gunuang Padang Panjang, Syahrial, mengatakan pihaknya menyambut positif dan mendukung kegiatan Galanggang Arang yang diinisiasi Kemendikbudristek.
Ia berharap agar kegiatan ini tak hanya berhenti sebagai ajang seremonial, melainkan menjadi agenda tahunan agar bisa berkesinambungan.
"Intinya, Ninik Mamak mendukung Galanggang Arang yang kaitannya dengan kebudayaan. Namun kami berharap kepada Dirien Kebudayaan untuk memfasilitasi jika ada gesekan di lapangan, terutama antara pemangku adat, pemerintah daerah, serta PT KAI," ujar Syahrial.
Hal yang sama diungkap Pimpinan Nagari Bidang Ulayat Kanagarian Bukik Suruangan, Padang Panjang, Datuk Tan Majolelo.
Menurutnya, jika digelar sebagai agenda tahunan, Galanggang Arang akan bisa memberikan dampak nyata bagi daerah-daerah yang dilibatkan.
"Apalagi jika melibatkan anak-anak nagari, potensi di tujuh titik digelarnya Galanggang Arang akan semakin terangkat, seperti peningkatan ekonomi dan budaya. Kebutuhan dan aspirasi di tujuh daerah bisa terakomodir," tutur Tan Majolelo yang juga Pengurus Stasiun Padang Panjang.
Baca juga: Peringati Hari Ibu 2022, Ratusan Bundo Kanduang di Padang Pawai Kenakan Pakaian Adat Minangkabau
Selain merumuskan kesepakatan para pemangku adat, dalam peluncuran Galanggang Arang digelar juga dialog mengenai “Aktivasi dan Penguatan Ekosistem WTBOS melalui Sinergitas Anak Nagari dan Kelembagaan” dengan narasumber Yuhefizar yang merupakan Koordinator Masyarakat Peduli Kereta Api Sumatra Barat (MPKAS) serta WTBOS dan dialog “Pelestarian Lanskap Budaya Minangkabau” dengan narasumber Jonny Wongso, yakni Akademisi di bidang Arsitektur, Universitas Bung Hatta.
Tim Kurator Galanggang Arang yang juga moderator dalam dialog budaya, Edy Utama mengatakan, perumusan kesepakatan antara pemangku adat dan pemerintah daerah merupakan hal yang substansi untuk menyukseskan Galanggang Arang serta penguatan WTBOS.
Wadah Gotong Royong bagi Pemangku Kepentingan
Diketahui rangkaian kegiatan Galanggang Arang bertajuk “Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia” resmi diluncurkan di Fabriek Bloc, Tabing, Kota Padang, Kamis (19/10/2023).
Galanggang Arang merupakan rangkaian gelaran atas penetapan situs tambang batubara Ombilin sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Irini Dewi Wanti mengatakan, Galanggang Arang diharapkan bisa menjadi wadah gotong royong bagi pemangku kepentingan untuk bersama-sama memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan Warisan Dunia Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS).
"Tujuannya agar tercipta kesejahteraan masyarakat dengan pendayagunaan ekonomi dan program pariwisata, serta tata kelola tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang berkelanjutan dengan berbasis pada pengetahuan budaya," ungkap Irini.
Adapun rangkaian kegiatan Galanggang Arang terdiri dari pemetaan, lokakarya, dialog warisan budaya, pertunjukan kesenian rakyat, pameran WTBOS, bazar UMKM, dan aktivasi pendukungan anak nagari.
Galanggang Arang akan difokuskan di tujuh kabupaten dan kota yang dilalui jalur kereta api, yaitu Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto, dan Kota Solok.
Rangkaian kegiatan akan berlangsung mulai dari Oktober hingga Desember 2023.