Sebenarnya proses produksi tak selesai sampai di situ.
Ool mengaku masih banyak tetangga yang bakal mengambil kain untuk selanjutnya dijahit di rumah masing-masing.
Ada juga pemuda yang masih kuliah membagi waktu dengan menjadi penjahit di rumah produksinya.
Ia bernama Lala, sepulang kuliah pasti mengambil kain untuk selanjutnya dibawa pulang dan dijahit sesuai pola celana.
Hal itu sesuai dengan rencana awal sang pemilik usaha, Rifaul Zamzami.
Pria asal Comal, Pemalang ini memang ingin sejak awal merangkul sanak saudara hingga tetangga di sekitar rumah untuk membesarkan bisnisnya.
Berawal dari keprihatinan Rifaul akan lingkungan sekitar, melihat limbah tekstil dibuang dan dibakar menimbulkan polusi.
"Bikin sesak napas," ucapnya singkat. Ia lalu berkeinginan mengolah limbah tekstil itu di rumah.
Hanya berempat, dirinya dan orang tua serta saudara yang merintis usaha pengolahan limbah tekstil dijadikan pakaian pada 2011.
Modalnya sangat minim saat itu, ia bercerita, cukup membayar Rp 30 ribu untuk mengganti karung berisi kain limbah tekstil.
Lantas dirinya mencoba membuatnya menjadi celana. Dan jadilah, celana-celana tersebut ia jual ke berbagai daerah.
Bahkan pria yang saat itu berprofresi sebagai guru honorer memanfaatkan waktu libur weekend untuk turun langsung berjualan.
Saat bekerja mengajar, kegiatan produksi ia pasrahkan kepada orang tua.
"Saya jualan langsung sampai ke Bali, menyaksikan dagangan saya diberi bule, Sangat senang ya karena laris, bule suka yang murah-murah," paparnya kemudian tersenyum mengenang kisah masa lalu.