Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, NUSA TENGGARA TIMUR - Meliana Muti, wanita paruh baya dari Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) senang penglihatannya bisa jelas lagi setelah melewati operasi katarak di mata sebelah kirinya.
Meliana jadi satu dari ratusan pasien yang mengikuti operasi katarak gratis dari Kementerian Sosial (Kemensos), di Rumah Sakit Kristen (RSK) Marianum Halilulik, Kabupaten Belu, Provinsi NTT, pada Senin (18/12/2023).
Kegiatan bakti sosial ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2023.
Ditemani anaknya, Meliana duduk di siku lorong rumah sakit yang mengarah ke ruang operasi. Ia baru saja menjalani operasi katarak sekitar pukul 10.27 WIT.
Mika bundar transparan yang dieratkan dengan plester masih menempel di mata bagian kirinya.
Baca juga: Tinjau Baksos Operasi Katarak di Belu NTT, Mensos Harap Mereka yang Berpotensi Buta Bisa Berkurang
Saat ditemui, Meliana bilang sudah dua tahun merasakan penglihatan matanya kabur. Tuturan ceritanya, penglihatan kedua mata Meliana sama-sama buram. Tapi mata kanan telah jadi dioperasi lebih dulu di lokasi yang sama satu tahun silam.
Namun hal itu tak banyak membantu karena penglihatan mata kirinya ikut alami keburaman.
Wanita yang kesehariannya bekerja dengan berkebun ini menerima informasi adanya operasi katarak gratis dari Kementerian Sosial di RSK Halilulik.
Alhasil dirinya pun ikut mendaftar. Selepas operasi pada Senin siang, Meliana merasakan matanya kembali bisa melihat terang.
"Sudah lihat, mata su terang," kata Meliana saat ditemui.
Meliana pun mengaku operasi matanya sama sekali tidak sakit dan berlangsunh sekejap.
"Sebentar tidak sakit, rasanya biasa," lanjut dia.
Ketika tengah duduk menunggu izin dokter untuk pulang, Meliana diberikan penjelasan oleh dokter di lokasi.
Dijelaskan soal beberapa pantangan bagi pasien yang sudah menjalani operasi katarak.
Misalnya, bagian mata yang habis operasi tidak boleh kena debu, air atau asap. Jika hendak keluar rumah siang hari, pasien diwajibkan mengenakan kasa untuk menutup bagian mata yang hanis dioperasi.
Pasien diminta datang kembali keesokan hari untuk menjalani kontrol. Lalu, obat tetes mata yang diberikan, diminta digunakan per 3 jam.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dalam tinjauannya di lokasi kegiatan bakti sosial, mengatakan sengaja diusulkan wilayah di tengah-tengah Provinsi NTT, dengan tujuan agar masyarakat yang hendak berobat tidak menempuh perjalanan jauh ke lokasi pengobatan. Sehingga dipilih Kabupaten Belu untuk jadi daerah baksos.
Ketika kunjungan Risma pada Senin, tercatat 780 orang mendaftar untuk operasi katarak. Tapi mereka yang sudah lolos skrining pada Minggu (17/12) kemarin sebanyak 116 pasien. Mereka yang lolos skrining tersebut yang selanjutnya akan menjalani operasi.
Jumlah ini kemungkinan terus bertambah seiring pendaftaran dan skrining berjalan hingga Rabu (20/12).
Risma bersyukur antusiasme tinggi masyarakat yang bergerak mendaftar untuk mengobati penyakit matanya.
Ia berharap lewat operasi ini, masyarakat yang punya masalah mata utamanya katarak dapat berkurang, sehingga mereka bisa lebih produktif dalam kehidupannya.
"Harapannya minimal di Indonesia ini bisa terkurangi yang akan menderita kebutaan sehingga mereka bisa lebih produktif dan keluarganya juga tentunya bisa lebih produktif," ungkap Risma.