Saat di TKP, para komplotan pemuda ini memarkir motor mereka di depan lorong lalu beberapa dari mereka masuk ke dalam lorong.
Sementara FP menunggu di depan lorong tersebut saat sejumlah rekanya mencari pelaku yang memukul adik kelasnya.
"Sekitar tiga menit masuk lorong rombongan kemudian keluar dan melarikan diri, nah FP yang tidak sempat lari karena diamankan warga disitu," jelasnya.
Deni mengatakan, warga yang mengamankan FP berasal dari jalan bunga anggrek sesaat komplotan itu masuk ke lorong amarilis, ada empat pemuda tak dikenal mengancam warga menggunkan parang.
"Keterangan warga yang dilorng bunga anggrek itu karena kebetulan anaknya sekolah di SMA 1 mengaku ada empat orang datang mengancam mereka," ujarnya.
Tapi pada saat dikejar, empat pemuda itu melarikan diri, hingga saat berada di depan lorong terlihat warga memukuli FP karena diduga sebagai pelaku penyerangan.
Deni mengungkapkan dari keterangan FP, dirinya bersama rekanya tidak membawa senjata tajam parang saat menuju tempat tersebut.
"Dari keterangan FP ini saat itu merasa komplotanya tidak membawa parang, karena waktu menuju lorong Amarilis dia berada paling belakang membawa motor," jelas Kanit Reskrim.
Keterengan Warga dan Pemilik Rumah
Sebelumya, Ardi, pemilik rumah mengatakan, kejadian itu bermula saat dirinya duduk usia makan malam.
Saat itu putranya bersama kerabatnya duduk didepan rumah bersama sambil bermain gitar.
Baca juga: Pemuda di NTT Dikeroyok 3 Anggota Brimob hingga Babak Belur, Begini Penjelasan Kapolda
"Anak saya lagi duduk di depan runah hbis makan malam, terus lari masuk karena ada orang bawa parang berdiri di depan rumah," ungkapnya.
Saat akan mengejar terduga pelaku melarikan diri, hingga saat itu pemuda di lorong Anggrek mengamankan F karena diduga bagian dari komplotan tersebut.
"Saya kejar yang bawa parang itu, tapi anak-anak sini amankan itu F karena diduga terlibat," ujarnya.
Sementara itu, Firman salah seorang pemuda mengaku mengankan F karena dipukuli warga setempat.