Domingos mengimbau kepada masyarakat untuk semakin sadar akan menjaga keamanan barang pribadi, terutama motor.
Mulai dari melengkapi kunci pengamanan berganda agar motor tidak mudah menjadi sasaran pencurian. Seperti memasang gembok pada roda motor atau alarm pengamanan.
Kemudian, memarkirkan kendaraan motor di area yang telah disediakan, seperti area parkir resmi yang terdapat petugas penjaga atau dilengkapi kamera pengawas CCTV.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk memiliki kesadaran akan keamanan barang berharganya masing-masing. Kalau bisa dikunci ganda pakai gembok, kalau ada alarm dinyalakan saat diparkir, dan parkir di tempat aman," pungkasnya.
Sementara itu, M mengakui, dirinya beraksi bersama satu orang lainnya yang kini masih buron.
"Saya beraksi 2 orang bersama teman saya yang lari, namanya AH. Dia teman 'mbonek' iya nongkrong. Saya baru satu kali demi Allah," ujar tersangka M saat diinterogasi Kompol Domingos.
Ia memang bertindak sebagai eksekutor, namun khusus untuk mencuri motor yang kunci kontaknya masih menempel.
Tersangka M mengaku tidak memiliki kemampuan mengoperasikan tuas alat kunci T.
Karena, khusus untuk objek motor yang perlu dibobol menggunakan kunci T, hanya dapat dilakukan oleh temannya yang masih buron.
"Saya tugas untuk mengambil motor. Saya enggak pakai alat, cuma mendorong aja, sumpah demi Allah. Saya enggak bisa mengoperasikan," jelasnya.
Bahkan saat disinggung ke pihak mana menjual motor hasil curian tersebut, M mengaku tidak mengetahuinya.
Karena, tugas menjual motor hasil curian dilakukan oleh temannya yang buron.
"Saya orangnya polos, enggak tahu apa-apa. Saya juga enggak tahu mau jual ke mana, itu rencana teman saya yang kabur itu," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Ketahuan Curi Motor, Anak Jalanan di Surabaya Ngaku Orang Polos Tak Tahu Apa-apa, Ternyata Residivis. Penulis: Luhur Pambudi