Pasalnya, saat hasil panen ini dijual tidak bisa menutupi harga bibit yang lebih mahal ditambah lagi biaya yang dikeluarkan selama merawat tanaman.
Ketika ditanya biaya yang telah dikeluarkan selama proses masa tanam selama 2,5 bulan terakhir, ia mengaku sudah mengeluarkan biaya sebesar kurang lebih 12 juta rupiah.
Disinggung perihal penjualan, ia mengaku sampai saat ini kualitas hasil tanaman wortel yang saat ini ada tidak bisa dijual sebagai mana semestinya.
"Kalau ini sudah enggak bisa dijual ke Jawa, paling ke lokal lah. Ini pun enggak tau ada atau tidak yang mau nampung. Untuk biaya sampai sekarang sudah keluar 12 juta saya, ada katanya yang mau nampung paling bisa bantu ganti bibit sama traktor ladang lagi, jadi enggak dijual seperti biasa," ungkapnya.
Padahal, berdasarkan informasi yang didapat saat ini harga wortel di pasaran sedang tinggi di angka Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilonya.
Jika tanaman wortel yang dihasilkan oleh Jhon berhasil, dengan luas lahan 5000 meter diprediksi bisa menghasilkan 10 ton dengan uang yang akan didapat mencapai 40 hingga 45 juta rupiah.
Namun dikarenakan kualitas yang buruk dirinya harus menelan pil pahit merugi.
"Kalau sudah gini bagaimana lagi, ada kawan saya yang kena lebih parah lagi. Totalnya sampai 35 hektar yang kena ini," katanya.
Lebih lanjut, dirinya berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo untuk segera mencarikan solusi bagi para petani wortel.
Selain memastikan bibit untuk petani, saat ini para petani juga berharap adanya bantuan untuk bisa menampung wortel yang sudah terlanjur sebentar lagi memasuki masa panen ini.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Bibit Lokal Langka, Petani Wortel di Karo Merugi Tertipu Bibit Tak Jelas