Ia mengaku tak masalah ikut kerja kasar meski dirinya adalah seorang perempuan.
Mengangkut dan mengaduk semen sudah menjadi makanan sehari-harinya saat bekerja jadi buruh bangunan.
Dari pekerjaannya tersebut, ia diupah hingga Rp120 ribu sehari.
Pernah Tak Makan 3 Hari
Sayangnya, pekerjaannya itu tak datang tiap hari.
Beberapa hari ini bahkan ia menanggur karena tak dapat panggilan kerja.
“Ini juga lagi enggak kerja-kerja,” ujar dia.
Karena tak punya uang, ia pun kerap tak makan selama berhari-hari.
“Kadang pernah dua hari enggak makan, kadang pernah tiga hari,” ujar dia.
Kisahnya pun terdengar hingga ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Indramayu.
Baca juga: Kisah Masiroh, TKW Asal Indramayu Akhirnya Pulang setelah 22 Tahun, Disangka Sudah Meninggal
Disdikbud dan Pemerintah Kecamatan Indramayu pun sudah mengunjungi Sopyah sambil membawa sejumlah bantuan untuk Sopyah dan Samsul.
Dijanjikan Bisa Sekolah
Pemerintah daerah juga berjanji memfasilitasi keduanya untuk melanjutkan sekolah.
Sopyah yang putus sekolah saat SMP dahulu difasilitasi untuk ikut kejar paket dan diberikan modal untuk usaha.
Sementara adiknya, Samsul yang putus sekolah setahun lalu saat kenaikan kelas dari kelas 7 ke kelas 8 di SMPN 4 Sindang kini sudah bisa kembali sekolah.
Samsul pindah dari SMPN 4 Sindang ke SMPN 3 Sindang untuk melanjutkan pendidikan.