TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Alami kecelakaan pada Jumat (19/7/2014) bangkai helikopter registrasi PK-WSP yang jatuh di Bali akhirnya dievakuasi.
Proses evakuasi bangkai helikopter itu dilakukan menggunakan alat berat jenis eskavator, Minggu 21 Juli 2024.
Dari pantauan jurnalis Tribun Bali di lapangan, sebelum dimulainya proses evakuasi dengan alat berat tersebut terlebih dulu membuka jalan jalur untuk truk pengangkut.
Selesai jalan terbuka lebar tanpa ada halangan pepohonan, baru eskavator melakukan pengangkatan terhadap helikopter yang jatuh akibat terlilit tali layang-layang.
Proses evakuasi dan pemindahan ke atas truk, membutuhkan waktu yang cukup lama mengingat terbatasnya lebar jalan dan diapit tebing.
Butuh waktu lebih dari satu jam dari awal alat berat buka jalur evakuasi, hingga pemindahan bangkai pesawat tersebut.
Bangkai helikopter akan dibawa ke kantor Bali Heli Tour di GWK Cultural Park dan mendapatkan pengawalan kepolisian dari lokasi kejadian hingga ke GWK.
Pesan Rare Angon pada Pengusaha di Bali
Kejadian jatuhnya helikopter di Uluwatu Badung Bali ditanggapi oleh rare angon di Bali.
Seorang rare angon asal Kesiman Denpasar, I Wayan Dendi Sandinata mengatakan dari sisi rare angon menurutnya kejadian itu adalah murni kecelakaan dan musibah.
Hal ini bukan karena ulah rare angon, namun karena kemungkinan helikopter tersebut terbang rendah.
“Kronologi pastinya saya belum dengar dari pihak berwajib, namun layang-layang tradisional ini posisinya kan sudah dipatok. Jadinya itu benar-benar musibah bagi yang punya helikopter. Kami ikut perihatin atas insiden itu,” katanya saat diwawancarai, Minggu 21 Juli 2024.
Baca juga: KNKT Selidiki Kasus Helikopter Jatuh di Bali, Ini Kata Danlanud Ngurah Rai
Ia pun mengatakan, layang-layang tak bisa terbang sangat tinggi.
“100 meter dari tanah saja itu sudah sangat tinggi. Tidak mungkin layang-layang bisa menjangkau lebih dari 1.000 meter. Karena kan tekanan anginnya beda,” katanya.
Dirinya pun menilai jika rare angon tidak salah dalam insiden ini.