TRIBUNNEWS.COM - Terjadi tindak pemerasan yang korbannya adalah Kepala Sekolah MTsN 4 Magetan, Giana.
Ia diperas oleh empat orang yang mengaku pengawas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Selain melakukan pemerasan, ia juga mendapat pengancaman.
Keempat orang tersebut mendatanginya Jumat (19/7/2024) pekan lalu.
Tujuan mereka mendatangi Giana adalah untuk mengonfirmasi adanya tudingan penjualan buku dan seragam sekolah pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024.
Ia pun merasa aneh dengan kedatangan empat orang tersebut, lantaran Giana tak mengenal mereka.
Akhirnya, Kepsek MTsN 4 Magetan itu akhirnya lebih baik menyedekahkan hartanya.
“Ngakunya dari pengawas dana BOSi mau klarifikasi penggunaan dana BOS. Dia menekankan ke buku dan seragam."
"Saya katakan di madrasah tidak ada jualan seragam, malah kami memberikan seragam ke anak anak,” ujarnya ditemui di ruang kerjanya, Rabu (24/7/2024).
Giana menambahkan, 4 pelaku tersebut sempat mengancam akan memberitakan tarikan seragam ke siswa.
Lantaran tak menemukan bukti, mereka malah meminta uang untuk anggaran operasional kantornya.
Baca juga: Terungkap Kasus Pemerasan ASN Pemkab Bogor, Ini Cara Bedakan Pegawai KPK Asli dan Palsu
Permintaan tersebut tidak disanggupi.
Kemudian, mereka malah meminta dibelikan laptop kepada kepala sekolah.
Tak berhasil membujuk sang kepala sekolah, empat orang itu minta uang untuk sarapan.
“Katanya minta uang untuk sarapan, saya kasih Rp 500 ribu tapi katanya kalau 500 ribu dia punya akhirnya saya kasih Rp 1 juta. Saya kasih karena kasihan wong buat makan,” imbuhnya.
Dari pengakuan mereka, sebelumnya telah mendatangi salah satu sekolah MAN di Magetan.
Mereka melakukan hal serupa.
Empat pelaku itu mengisi buku tamu. Mereka mencatut nama wartawan dan seorang pengusaha ternama di Magetan.
“Mereka ngaku habis dari MAN, kayaknya karena tidak dapat uang kemudian ke sini. Di buku tamu yang tercatat nama pegusaha dan wartawan di Magetan, karena saya kenal mereka,” ucap Giana.
Kisah Kepsek di Madiun yang Kerja Keras Cari Murid
Kepala Sekolah lain menunjukkan kegigihannya bekerja meskipun kesulitan mendapatkan murid.
Kepsek SMPN di Madiun menceritakan beratnya mendapatkan murid dalam seleksi PPDB 2024.
Apalagi, sekolah tempatnya mengajar itu berlokasi terpencil dan tak terjamah.
Sekolah menengah pertama (SMP) negeri yang berada di pinggiran Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengalami nasib miris saat seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024.
Letak sekolah berada pelosok dan kalah bersaing dengan sekolah lain menjadikan SMP Negeri Satu Atap Gemarang sepi pendaftar siswa baru.
Baca juga: Vonis Kasus Korupsi SYL Tak Akan Pengaruhi Penyidikan Kasus Pemerasan Firli Bahuri di Polda
Hingga Selasa (2/7/2024), SMPN Satu Atap yang berada di Dusun Tungu, Desa Batok, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, ini hanya mendapatkan empat siswa baru pada PPDB 2024.
Kepala Sekolah pun menceritakan bagaimana beratnya persaingan mendapatkan anak didik baru meskipun ada sistem zonasi.
Padahal, sekolah sudah menyiapkan kuota 32 pendaftar.
Kepala SMP Negeri Satu Atap Gemarang Bambang Sugiarto yang dikonfirmasi, Selasa (2/7/2024), seperti dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, Rabu (3/7/2024) menyatakan penyebab sepinya pendaftar siswa baru lantaran letak geografis sekolah berada di pelosok.
“Untuk jumlah pendaftar SMPN Satu Atap Gemarang dari jalur afirmasi dua orang dan zonasi ada dua orang. Jadi pendaftar sementara ada sejumlah empat orang. Faktor utama (sepi pendaftar) letak geografis (sekolah) terpencil dan jauh,” kata Bambang.
Tak hanya itu, kata Bambang, sepi peminat siswa baru di sekolahnya lantaran kalah bersaing dengan sekolah lain.
Terlebih dalam satu dusun terdapat sekolah lain.
“Di samping itu SMPN sekitar juga kurang pendaftarnya. Kami juga berdekatan dengan MTs dalam satu dusun,” ungkap Bambang.
Bambang mengakui sepinya pendaftar siswa baru tidak hanya terjadi kali ini saja.
Setahun yang lalu SMPN Satu Atap Gemarang juga hanya mendapatkan empat siswa baru.
Sementara total siswa yang bersekolah di SMPN Satu Atap Gemarang hanya 20 orang saja.
Hanya setelah tahun berjalan, terdapat tambahan enam hingga delapan siswa pindahan dari sekolah lain.
“Dibandingkan tahun lalu, kemarin juga empat orang. Setelah ganti tahun ada tambahan menjadi enam hingga delapan siswa,” tutur Bambang.
Persoalan lain, lanjut Bambang, SMPN Satu Atap Gemarang kerap mengalami masalah saat PPDB dilakukan secara online. Hal itu diperparah dengan kondisi jaringan internet acapkali mengalami masalah.
Kondisi itu menjadikan calon peserta didik harus datang ke sekolah untuk meminta bantuan kepada sekolah untuk didaftarkan secara online.
Kendati hanya menyisakan 20-an siswa, Bambang tetap bersemangat mendidik anak-anak yang bersekolah di SMPN Satu Atap Gemarang.
Tak hanya itu, SMPN Satu Atap Gemarang akan meningkatkan kualitas pendidikan dengan tetap menerapkan mutu belajar sesuai standar pendidikan.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kepsek di Magetan Ikhlas Sedekah Rp 1 Juta usai Difitnah soal Pungli Seragam: Kasihan Buat Makan