News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Dokter Spesialis Meninggal

Iuran Rp 30 Juta di PPDS Anestesi Undip, Guru Besar FK: Bukan Pemalakan, untuk Makan 84 Orang

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gedung Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip). -- Guru Besar FK Undip, Prof Zainal Muttaqin membantah adanya pemalakan di PPDS Anestesi Undip hingga Rp 30 juta. Sebut uang itu merupakan iuran.

TRIBUNNEWS.COM - Kasus perundungan pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, masih terus bergulir.

Terbaru, muncul dugaan pemalakan yang dilakukan oleh senior kepada junior di PPDS Anestesi Undip.

Terkait hal itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Undip, Prof Zainal Muttaqin buka suara.

Zainal membenarkan adanya iuran bulanan total Rp 30 juta bagi mahasiswa PPDS Anestesi.

Iuran itu, kata dia, berlaku bagi mahasiswi semester 1.

Namun, menurut Zaenal, yang dialami Dokter Aulia Risma Lesatri yang tewas diduga mengakhiri hidup, bukan termasuk pemalakan.

Katanya, uang itu adalah iuran dari teman-teman seangkatannya, melansir Kompas.com.

Zaenal menjelaskan, Dokter Aulia merupakan penanggungjawab iuran angkatan.

Setelah terkumpul, uang tersebut digunakan untuk biaya makan mahasiswa PPDS Anestesi.

"Si R (Dokter Aulia Risma) kebetulan dia pengelola, penanggung jawab angkatan."

"Dia mengumpulkan uang sebesar Rp 30 juta per bulan dari teman-temannya. Bukan seniornya, tapi untuk makan mereka sendiri," katanya di FK Undip, Senin (2/9/2024).

Baca juga: Polda Jateng Akan Selidiki Terkait Pungli hingga Rp40 Juta Terhadap Mahasiswa PPDS Undip

Iuran hingga puluhan juta rupiah itu menjadi kewajiban mahasiswa semester awal.

Mereka diwajibkan membayar iuran Rp 3 juta per bulan selama 1 semeter.

Kemudian, uang yang terkumpul digunakan untuk biaya makan bersama para tenaga kerja yang bertugas di bidang anestesi.

Untuk semester berikutnya, mereka tidak diwajibkan membayar iuran lagi lantaran sudah ada mahasiswa baru.

Diketahui, penerimaan PPDS Anestesi Undip dibuka setiap semester, bukan setahun.

"Jadi mereka yang semester 1 iuran ada 10 sampai 12 orang. Tiap bulan Rp 3 juta untuk biaya makan 84 orang."

"Itu hanya dilakukan selama 1 semester atau 6 bulan. Satu angkatan, bukan per orang," tandasnya.

Lebih lanjut, Zaenal menjelaskan, uang tersebut digunakan untuk membeli makanan karena dokter residen memiliki jadwal yang padat.

Dia menyatakan, tidak semua tenaga kesehatan anestesi dapat beristirahat di waktu yang sama.

Menurutnya, uang iuran itu dikelola sendiri oleh mahasiswa di satu angkatan.

"Uang itu mereka kelola sendiri kok, bukan dikelola seniornya, atau departemennya, dan itu kesepakatan tiap bagian akan berbeda karena siklus kerja tiap departemen tidak sama."

"Nanti kalau mereka tahun kedua itu tidak lagi, giliran yang tahun pertama, mereka mendapatkan uang yang mereka tabung itu," jelasnya.

Zaenal pun menyayangkan pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyebut iuran itu sebagai pemalakan.

Sebelumnya, pihak Kemenkes melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebut ada dugaan pemalakan terhadap Dokter Aulia.

Baca juga: DPR Sebut Bullying di PPDS Undip Perbuatan Kriminal: Bukan Lagi soal Fisik & Mental, tapi Pemerasan

Dokter Aulia diduga dipalak oleh seniornya Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per bulan saat menjalani PPDS Anestasi di Undip.

"Jadi kita sudah ada beberapa hal yang ditemukan oleh tim investigasi seperti misalnya ada permintaan uang diluar biaya pendidikan resmi yang sempat dikatakan itu antara 20 sampai 40 juta per bulan."

"Walaupun memang ini masih simpang siur, ada yang menyatakan hanya 6 bulan tapi ada juga yang menyatakan ini setiap tahunnya nanti sesuai dengan kenaikan tingkat akan terjadi pengurangan," tandasnya.

Dokter Program Pendidikan Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), Aulia Risma Lestari (30), ditemukan tewas diduga bunuh diri di kamar kos kawasan Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (14/8/2024). (Handout/Tribun Jateng)

Sebelumnya, kasus bullying atau perundungan di PPDS Undip menjadi perbincangan setelah Dokter Aulia Risma Lestari ditemukan tewas di kamar kosnya di Kota Semarang, Senin (12/8/2024).

Dokter Aulia mengakhiri hidup diduga karena tak kuat menjalani PPDS Anestesi di Undip.

Menurut sumber yang tak ingin disebutkan identitasnya, korban diduga mengakhiri hidup dengan menyuntikkan obat bius jenis Roculax ke tubuhnya sendiri.

"Korban diduga melakukan bunuh diri dengan menyuntikkan Roculax di kamar kosnya," katanya kepada TribunJateng.com, Rabu (14/8/2024).

Korban merupakan seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal yang sedang menjalani tugas belajar sebagai peserta PPDS Anestesi Undip.

Tante Dokter Aulia, Vieta mengatakan, keponakannya kerap mendapat tekanan dari senior selama masa pendidikan dokter spesialis.

Bahkan, Dokter Aulia diminta membelikan rokok tengah malam dan menyiapkan makanan untuk senior dengan biaya pribadi.

Belakangan beredar rekaman suara diduga Dokter Aulia saat menjalani PPDS Anestesi di Undip.

Rekaman suara itu ditujukan untuk ayahnya, Mohamad Fakhruri (65). Pesan suara itu dikirimkan Dokter Aulia melalui pesan WhatsApp.

Dalam rekaman itu, terdengar suara tangisan Dokter Aulia yang tidak kuat menjalani PPDS.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengaku belum dapat menyimpulkan rekaman yang beredar merupakan suara Dokter Aulia.

Menurutnya, proses penyelidikan masih berjalan dan akan diungkap secepatnya.

"Nanti tunggu keterangan Kapolrestabes Semarang (Kombes Irwan Anwar) satu pintu semua ini," ujarnya, Rabu (28/8/2024).

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kronologi Dokter Muda Risma PPDS Anestesi Undip Semarang Meninggal di Kos Gajahmungkur

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJateng.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas, Kompas.com/Titis Anies Fauziyah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini