TRIBUNNEWS.COM - Polisi telah menangkap empat pelaku pembunuhan dan rudapaksa AA, siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Palembang, Sumatra Selatan.
Keempat pelaku yang ditangkap yakni, IS (16), MZ (13), NS (12), dan AS (12).
Empat remaja itu tega membunuh dan merudapaksa korban secara bergiliran sebanyak dua kali.
Perbuatan bejat keempat remaja itu dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Talang Kerikil, Palembang, Minggu (1/9/2024).
Namun, tiga dari empat pelaku tak ditahan karena usianya masih di bawah umur.
Kenyataan itu, membuat pikiran ayah AA, S kacau.
Padahal, sebelumnya, pikiran S sempat tenang usai mengetahui empat pelaku pembunuhan putrinya ditangkap polisi.
"Barulah lega pelakunya dapat (ditangkap). Ini saya sudah tenang, sudah enak. Nah ini jadi kacau lagi sekarang pikiran," katanya, Jumat (6/9/2024), dilansir TribunSumsel.com.
Sejak putrinya ditemukan tak bernyawa di kuburan, S mengaku tak bisa tenang, bahkan kesulitan tidur.
Ia tak menyangka putri kesayangannya itu pergi begitu cepat dengan cara dibunuh.
"Pas kejadian di hari itu, aku gelisah terus. Terbayang wajah anak, tak bisa lupa. Mata saya nangis, hati saya nangis. Itu anak emas saya perempuan satu-satunya yang ikut saya. Kakaknya ada di dusun, cuma si AA yang ikut saya," terangnya.
Baca juga: Cinta Ditolak, Pelajar SMA di Palembang Ajak Teman-temannya Bekap dan Perkosa Siswi SMP hingga Tewas
Hatinya semakin sakit setelah mengetahui tiga dari empat pembunuh putrinya tak ditahan.
Menurutnya, kendati tiga pelaku masih di bawah umur, namun perbuatan mereka tidak manusiawi.
"Kalau orang tiga itu pulang saya tidak setuju benar. Memang iya mereka anak-anak, cuma ada hukumnya. Itu anak orang dicabuli dan dibunuh," jelas S.
Ia pun berharap pihak kepolisian dapat memberikan hukuman setimpal dan sama bagi keempat pelaku.
"Saya minta tolong sama bapak kepolisian mana keadilannya, kasih saja empat-empatnya hukuman setimpal," tandasnya.
Diketahui, tiga dari empat pelaku pembunuhan AA akan ditempatkan ke Panti Sosial Rehabilitasi Anak Berhadapan dengan Hukum (PSRABH) di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir.
Ketiga pelaku yang akan direhabilitasi adalah MZ, NS, dan AS.
Sementara IS, yang merupakan pelaku utama dalam kasus tersebut telah resmi ditahan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PSRABH, Dian Arif membenarkan adanya rencana rehabilitasi tiga pelaku.
"Memang rencananya ketiga anak tersebut akan dititipkan ke PSRABH."
"Namun sampai detik ini, anak-anak itu belum diserahkan ke panti kami," katanya saat dihubungi via telepon, Jumat.
Terpisah, Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Harryo Sugihhartono mengatakan, alasan tiga pelaku tak ditahan lantaran masih di bawah umur.
"Atas pelaku tindak pidana kurang lebih empat orang, kami sudah mengklasifikasikan sesuai dengan usia."
"Kami melakukan tindakan penahanan satu orang yaitu tersangka IS," ungkap Harryo.
Baca juga: 3 Bocah Pembunuh Siswi SMP di Palembang Tak Ditahan, Ayah Korban Tak Terima, Apa Alasan Polisi?
Ketiga pelaku yang tak ditahan, lanjut Harryo akan dilakukan penangguhan di pusat rehabilitasi yang telah disiapkan oleh pihaknya.
"Untuk ketiga tersangka lainnya MZ, NS, dan AS sebagaimana Undang-undang yang ada mereka tidak kami tahan."
"Namun, kami telah bekerja sama dengan salah satu balai rehabilitasi milik Dinas Sosial guna melakukan penangguhan."
"Tentunya atas permohonan dari keluarga para tersangka, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada tersangka tersebut."
"Ini juga hasil koordinasi kepada anak-anak walaupun mereka tersangka," beber Harryo.
Kronologi Pembunuhan dan Rudapaksa
Kejadian tragis yang menimpa AA bermula saat dirinya menonton kesenian tradisional kuda lumping di kawasan Jalan Pipa Reja, Kecamatan Kemuning, Minggu siang.
Saat berada di sana, ia bertemu IS yang selama ini menyimpan rasa suka kepada AA.
Diketahui, IS dan AA telah mengenal selama dua pekan setelah dikenalkan oleh teman korban berinisial M.
Perkenalan itu pun berlanjut hingga keduanya saling membalas pesan di media sosial Facebook.
Saat bertemu, IS lantas mengajak korban jalan-jalan di sekitar Krematorium yang berada di kawasan Kuburan Cina, lokasi ini menjadi tempat kejadian perkara (TKP) pertama.
Keduanya berjalan dan diikuti oleh tiga teman IS yakni MZ, MS, dan AS.
Saat berada di TPU Talang Kerikil, IS yang menyimpan rasa suka ternyata membujuk AA untuk melakukan hubungan badan.
Namun, AA menolak ajakan tersebut. Dari sinilah petaka itu datang.
IS langsung membekap korban. Perbuatan itu juga diikuti oleh tiga pelaku lainnya.
AA akhirnya tak dapat bernapas. Gadis itu meninggal di lokasi pertama tanpa diketahui oleh empat orang pelaku.
"Mereka mengira korban pingsan, dalam keadaan meninggal korban diperkosa oleh IS diikuti oleh tiga pelaku lainnya," terang Harryo.
Tubuh AA lantas dibopong oleh empat pelaku menuju kuburan yang berjarak sekira 30 menit dengan berjalan kaki.
Di Kuburan Cina ini, korban AA kembali dirudapaksa oleh keempat pelaku secara bergantian.
"Korban sengaja dipindah tempatkan agar tidak diketahui oleh orang lain."
"Dari tempat kremasi ke TPK penemuan mayat, berjarak sekira 30 menit, di sana korban lagi-lagi dirudapaksa," urainya.
Dari hasil penyelidikan, ditemukan sejumlah video dewasa di ponsel IS. Ini menjadi pemicu IS tega melakukan aksi kejinya terhadap AA.
"Di handphone IS yang kami sita ada dokumentasi video-video porno. Itu sebagai bentuk tersangka mengeksplorasi nafsu," terangnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Curhat Ayah AA, Siswi SMP Tewas di Palembang, Hatinya Kacau Pembunuh Anaknya Disebut Tak Ditahan
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunSumsel.com/Rachmad Kurniawan/Agung Dwipayana/Andyka Wijaya)