Kepala Pelaksana BPBD Sulawesi Tengah, Akris Fattah Yunus menjelaskan setelah pergerakan lempeng tektonik yang terjadi di Jepang pada 4 Agustus lalu, ada kemungkinan terjadinya aktivitas tektonik di Indonesia.
Berdasarkan Peta Rawan Bencana BMKG, wilayah Toli-Toli dan Buol termasuk area yang perlu meningkatkan kewaspadaan.
Akris mengatakan Sulteng belajar dari pengalaman bencana gempa dan tsunami di Palu sebelumnya untuk selalu waspada.
Para ahli geologi juga mengingatkan potensi gempa besar yang bisa dipicu oleh zona megathrust di Indonesia, termasuk di sekitar wilayah Sulawesi.
Megathrust adalah patahan yang sangat panjang di bawah laut yang bisa menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo besar dan berpotensi menyebabkan tsunami.
Secara geografis, wilayah Sulteng merupakan jalur patahan dari pertemuan beberapa lempeng, yaitu lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Dari fenomena ini, wilayah Sulteng rawan akan bencana khususnya pergerakan tanah seperti gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi.
Dari data historis Tahun 1927 – 2018, telah terjadi sebanyak 11 kali kejadian gempa di atas 6 SR yang mengguncang Sulteng.
Kejadian gempa yang disertai tsunami yang menelan banyak korban jiwa terjadi pada 28 September 2018 dengan korban yang meninggal dunia sebanyak 2.830 orang, korban hilang 701 jiwa, korban luka 2.537 jiwa dan jumlah pengungsi sebanyak 53.173 kepala keluarga (KK) atau 172.999 jiwa.
Lebih lanjut, AKA menjelaskan meskipun prediksi kapan terjadinya gempa besar di zona megathrust sulit dipastikan, sejarah mencatat bahwa zona ini telah memicu beberapa gempa besar dan tsunami di masa lalu.
"Karena itu, Ahmad Ali dan AKA menekankan lagi peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan di daerah yang memiliki potensi terjadinya bencana. Ini prioritas buat siapapun pemimpinnya," tutup politisi yang juga koordinator regional Gerindra Sulawesi itu.