News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengakuan Korban Rudapaksa Pria Tanpa 2 Tangan, Sebut Diancam, Agus Bantah: Kan Dia Bisa Lawan

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendamping korban, Ade Lativa (kiri), Agus Buntung (kanan), pria tanpa dua tangan tersangka kasus rudapaksa

Sementara itu, Agus tegas membantah keterangan itu.

Ia bahkan berani bersumpah tidak melakukan tindakan asusila seperti yang dituduhkan.

"Tidak ada, saya berani sumpah tidak ada ancaman," ujar Agus membantah keterangan Lativa.

Menurut Agus, jika kejadian itu benar adanya, seharusnya korban melawan.

Dengan kondisinya yang merupakan penyandang tunadaksa, bukan hal sulit bagi korban untuk melakukan perlawanan.

"Ancaman seperti apa? Kan dia bisa lawan, dia bisa semuanya, dia normal, sedangkan saya kayak gini," tandasnya.

Kronologi Kejadian Versi Agus

Kronologi kejadian versi Agus yakni bermula saat dirinya meminta bantuan kepada seorang perempuan untuk diantarkan ke kampus.

Namun, bukan diantar ke kampus, perempuan itu justru berhenti di sebuah homestay di Kota Mataram.

Ketika itu, Agus mengaku hanya mengikuti saja keinginan dari perempuan tersebut.

"Setelah saya sampai homestay itu, dia yang bayar, dia yang buka pintu. Terus tiba-tiba dia yang bukain baju dan celana saya," katanya, Minggu, dilansir TribunLombok.com.

Baca juga: Polisi Sebut Pria Tanpa 2 Tangan Manfaatkan Kondisinya untuk Rudapaksa Korban, Beraksi Pakai Kaki

Agus kemudian mulai curiga saat perempuan tersebut mulai menghubungi temannya.

Ketika itu, Agus merasa telah dijebak. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Tapi yang membuat saya tahu kasus ini jebakan pas dia nelepon seseorang."

"Di situ saya nggak berani mau ngomong apa. Saya merasa ini jebakan, karena ini ke sana kemari saya dituduh," ungkapnya.

I Wayan Agus Suwartama alias Agus Buntung (22) sebagai tersangka pemerkosaan terhadap mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Mataram, NTB, saat disuapi makanan oleh keluarganya. 
Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini