News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Remy Sylado Meninggal Dunia

Mungkin Firasat, Remy Sylado Singgung Kematiannya Sebelum Berpulang, Ucapkan Maaf pada Sang Istri

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sastrawan, Remy Sylado.

Perjalanan Karier

Dikutip dari TribunnewsWiki.com, Remy Sylado mengawali kariernya sebagai seorang penulis.

Pada tahun 1963, Remy menjadi seorang wartawan dari surat kabar Sinar Harapan.

Dua tahun kemudian, Remy Sylado menjadi redaktur Harian Tempo Semarang.

Remy juga pernah menjadi redaktur Tempo Semarang hingga tahun 1966.

Setelah itu, Remy Sylado dipercaya mengemban tugas sebagai redaktur Majalah Aktuil di Bandung pada tahun 1970.

Hingga Remy menjadi seniman yang serba bisa.

Ia menjalani berbagai profesi, yakni penyair, novelis, cerpenis, dramawan, kritikus sastra, pemusik, penyanyi, penata rias, aktor, ilustrator, wartawan, dan dosen.

Remy dikenal sebagai pelopor puisi Mbeling. Puisi Mbeling merupakan gerakan Mbeling yang dicetuskan Remy Sylado.

Gerakan Mbeling adalah suatu gerakan yang dimaksudkan mendobrak sikap rezim Orde Baru.

Benih gerakan ini mulai dikenalkan oleh Remy Sylado pada tahun 1971, ketika ia mementaskan dramanya berjudul Messiah II di Bandung.

Namun, pada waktu itu, istilah Mbeling belum diperkenalkan.

Istilah tersebut, baru dipopulerkan pada tahun 1972 saat Remy mementaskan dramanya "Genessis II di Bandung".

Riwayat Pendidikan

Remy Sylado mengenyam pendidikan sekolah dasarnya di Makasar.

Pada tahun 1954, Remy melanjutkan sekolahnya ke Semarang dan lulus SMA tahun 1959.

Di Semarang, ia sempat bermain drama berjudul "Midsummer Night's Dream" karya Shakespeare.

Setelah lulus SMA, Remy belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Solo, dan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Solo pada tahun 1959-1962.

Kemudian, ia masuk ke pendidikan di Akademi Bahasa Asing (Jakarta).

Karya-karya Remy

Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan ini mulai menulis saat usianya 16 tahun.

Dikutip dari kemdikbud.go.id, guru bahasa Indonesianya kala itu berperan besar dalam mendorong semangat Remy Sylado menulis.

Tak hanya itu, kegemarannya membaca sejak kecil turut mendukung keberhasilan Remy Sylado dalam menulis.

Menurut Remy Sylado, sebuah novel harus dilihat sebagai sebuah kerja riset agar kaya informasi dan tidak menjadi kering.

Gunawan Budi Susanto mengatakan, setelah membaca novel-novel karya Remy, ia memperoleh makna kemanusiaan.

Sebagai novelis, Remy setidaknya telah menulis lebih dari 50 novel, 20 diantaranya novel anak-anak.

Ia juga menulis novel sejarah berjudul Ca Bau Kan.

Novel tersebut berlatar belakang kehidupan pedagang Tionghoa di Jawa, terumata di Betawi, Jakarta.

Berikut deretan karya Remy Sylado:

Puisi

- Kerygma (1999);
- Puisi Mbeling Remy Sylado (2004);
- Kerygma dan Martytia (2004).

Novel

- Gali Lobang Gila Lobang (1977);
- Kita Hidup Hanya Sekali (1977);
- Orexas (1978);
- Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999);
- Kembang Jepun (2002);
- Kerudung Merah Kirmizi (2002);
- Paris van Java (2003);
- Menunggu Matahari Melbourne (2004);
- Sampo Kong (2004);
- Mimi lan Mintuna (2007);
- Namaku Mata Hari (2010);
- Hotel Prodeo (2010).

Drama

- Siau Ling (2001);
- Jalan Tamblong: Kumpulan Drama Musik (2010);
- Drama Sejarah 1832 (2012);

Film

- Tinggal Sesaat Lagi (1986);
- Akibat Kanker Payudara (1987);
- Dua dari Tiga Laki-laki (1989);
- Taksi (1990);
- Blok M (1990);
- Pesta (1991);
- Tutur TInular IV (Mendung Bergulung di Atas Majapahit (1992);
- Capres (2009);
- Bulan di Atas Kuburan (2015);
- Senjakala di Manado (2016).

Penghargaan

Masih dari kemdikbud.go.id, Remy Sylado meraih banyak penghargaan atas karyanya dan pengabdiannya di bidang sastra.

Ia dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden RI pada 2005.

Remy juga pernah mendapatkan Piagam Brawijaya dari Pangdam Brawijaya di tahun 2013.

Juga, penghargaan Achmad Bakrie Bidang Sastra dari Freedom Institute di tahun yang sama.

Berikut ini beberapa penghargaan yang diraih Remy Sylado:

1. Man of Achievement dalam Who's Who in Asia and Pacific (1991);

2. Peraih Khatulistiwa Literary Award: “Kerudung Merah Kirmizi” (2002);

3. Peraih Anugrah Indonesia untuk bidang musik (2008);

4. Aktor terpuji di FFB dalam film “Bintang Idola” (2004);

5. Peraih penghargaan MURI untuk bidang puisi “Kerygma & Martyria” (2004);

6. Peraih Penghargaan Sastra Terbaik Pusat Bahasa dalam “Kerudung Merah Kirmizi” (2006);

7. Peraih Anugrah Indonesia untuk bidang musik (2008)

8. Peraih Sastra Bermutu melalui “Can Bau Kan” dari Komunitas Nobel Indonesia (2011).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini