4. Sebagian besar proses syuting dilakukan di Sumatera Barat
Syuting film Onde Mande! 95 persen dilakukan langsung di Sumatera Barat, sementara hanya 5 persen dilakukan di Jakarta. Selain itu, desa lokasi syuting digambarkan terpencil dan sulit dijangkau.
Hal itu ternyata memang keadaan sebenarnya yang dialami saat syuting di Desa Sigiran. Siapa sangka, kondisi susah sinyal itu malah menguntungkan bagi para pekerja seni yang terlibat di dalamnya.
“Kita makin bonding karena di sana nggak ada sinyal. Jadi, aku, pemain lain dan para kru tuh sering banget ngobrol atau bahkan belajar bahasa Minang untuk ngelancarin dialog,” kata Shenina Cinnamon.
5. Mengusung genre komedi dan drama keluarga
Saat mendalami konflik yang dialami warga desa sepeninggal Angku Wan, unsur drama keluarga berbalut komedi.
Film 'Onde Mande!' menghadirkan kehangatan keluarga, kekerabatan komunitas dan juga berisi pesan yang relevan bagi semua penonton.
“Menurut aku film ini bukan cuma fresh tapi nilai yang ditunjukin juga kenceng. Ya, nilai keluarga, budaya dan banyak lagi. Onde Mande! ini tontonan yang menghibur sekaligus mendidik,” ujar Emir Mahira.
6. Disertakan terjemahan Bahasa Indonesia
Hal yang cukup unik di film tersebut adalah adanya terjemahan bahasa Indonesia sepanjang film.
Hampir seluruhnya dibawakan dalam Bahasa Minang. Ini tentu saja patut menjadi catatan tersendiri karena membuatnya semakin realistis sekaligus menunjukkan keberagaman Indonesia.
Meski demikian, penonton dari daerah lain tidak perlu khawatir. Walau menggunakan bahasa daerah, “Onde Mande!” tetap ringan dan ada terjemahan yang membuat film ini tetap bisa dinikmati oleh semua orang.
7. Proyek film yang sangat personal untuk Paul Fauzan Agusta
Film 'Onde Mande!' diambil dari nama asli para anggota keluarga sutradara Paul Fauzan Agusta.