News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Bali

Rumah Makan Mang Boo Sajikan Kuliner Bali Halal, Spesialis Menu Daging Kerbau

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berbagai menu olahan daging kerbau di Rumah Makan Mang Boo, Badung, Bali. (Tribun Bali/ Ayu Dessy Wulansari)

“Kalau rasa memang khas ya. Khasnya karena ada merica mentah. Kemudian unsur seninya pun masih ada, terutamaramesnya (potongan) itu bagus kelihatan dan memang asli model lawarnya. Saya sudah sering kesini. Khusus datang dari Denpasar untuk makan di sini. Karena dari sisi kesucian ini kan masuk makanan satwika, makanan yang suci. Termasuk pedanda pun boleh makan ini,” tuturnya.

Ia menambahkan tidak mempersoalkan masalah harga, yang terpenting ada kepuasan saat menikmatinya. Porsinya pun mengenyangkan, tidak sedikit atau terlalu banyak. Ia menyiapkan waktu-waktu khusus untuk datang ke rumah makan Mang Boo, seperti sebulan sekali.

“Kalau ingin makan menu dengan daging kerbau, pasti saya khusus datang ke sini, nggak ke tempat lain,” akunya.

Rumah makan Mang Boo buka sejak pertengahan tahun 2010 dan mampu menampung pengunjung hingga 200-an orang.

Tempat ini beroperasi setiap hari, kecuali hari raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi, dari pukul 08.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.

Rumah makan Mang Boo mengakomodasi pemesanan nasi kotak atau bagi pengunjung yang ingin membeli daging kerbau mentah bersama bumbu, juga bisa dilakukan di tempat ini.

Sensasi Letupan Biji Merica yang Mengejutkan

Menyajikan kuliner tradisional Bali tidak lepas dari masakan lawar.

Ini juga yang ditonjolkan oleh Gusde selaku pemiliki rumah makan Mang Boo.

Umumnya lawar terbuat dari cincangan nangka muda, kulit daging, darah, dan beberapa bumbu khas Bali. Yang menjadi unik dan beda antara Mang Boo dari tempat lainnya adalah cara memasak lawar yang tidak memakai darah segar.

Daging yang dipakai berasal dari kerbau yang sudah tua. Sehingga kulitnya agak keras dan tidak lembek. Proses pembuatan dari mengeluarkan kulit daging dibekukan lalu didiamkan sebentar agar menjadi sedikit lunak. Dengan alatslicer, kulit dipotong sehingga ketebalannya pas.

Ketebalan ini juga yang menentukan rasa dari lawar itu sendiri.

“Yang membedakan lawar di Mang Boo adalah kita menggunakan mica matah (merica mentah) yang masih muda. Itu yang favoritnya di sini. Istilahnya begitu makan, dia kayak dinamit,” kata Gusde.

Biji merica muda yang masih berwarna hijau dicampur dengan potongan kulit, cincangan daging, dan bumbu genep, bumbu khas Bali.

Rasa Rempah-rempah

Ada sensasi mengejutkan ketika menyantap lawar kerbau ini.

Saat digigit, biji merica seakan meletup dan rasa khas merica yang pedas akan langsung terasa di dalam mulut.

Bagi yang sebelumnya tidak pernah merasakan lawar ini, akan sedikit terkejut saat mengetahui rasa yang dihasilkan oleh biji merica.

Tentu hal itu membuat lawar Mang Boo menjadi satu dari sekian hidangan favorit yang disuguhkan. Cara memakan lawar ini bisa menggunakan sendok atau langsung dengan tangan.

Dagingnya Empuk Dimasak 8 Jam di Atas Tungku Api

Ada pula kuah balung yang proses memasaknya memakan waktu 6-8 jam dan masih menggunakan kayu bakar.

Cara ini menghasilkan daging yang empuk dan kaldunya terasa nikmat. Kuah balung yang masih panas bercia rasa gurih ini sangat cocok disantap dengan nasi panas.

Tak jarang juga ada pengunjung yang langsung menyeruput kuah ini langsung dari mangkok sehingga tidak ada kuah yang tersisa.

Tak kalah nikmat, ada rendang kerbau.

Tekstur dagingngya empuk dan bumbunya meresap hingga ke dalam.

“Banyak yang bilang rendang di sini hampir sama kayak rasa rendang aslinya,” tutur ayah 3 anak itu.

Menu lainnya yang juga menjadi andalan adalah timbungan kebo.

Menu Pamungkas, Timbungan Kerbau dalam Batang Bambu

Gusde menuturkan bahwa menu satu ini merupakan senjata pamungkas dan spesial karena tidak langsung ditawarkan oleh pengunjung.

Tidak semua dari pengunjung mengetahui akan menu satu ini.

Bagi mereka yang sudah tahu, timbungan akan khusus dipesan bahkan sebelum mereka tiba di rumah makan.

Timbungan terbuat dari cincangan daging kerbau dan bumbu kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu berukuran 50-60 sentimeter.

Kemudian bambu itu akan dibakar selama kurang lebih 15 menit.

Bambu akan bergetar dan mengeluarkan air jika sudah matang.

Perpaduan rasa dari penggunaan bambu sebagai media pembakaran menghasilkan satu rasa yang enak. Aromanya pun sedap dan tidak tercium bau amis dari daging.

Anda harus cukup berhati-hati ketika ingin mencicipi hidangan satu ini karena bambunya masih terasa panas.

Isi yang berada di dalam bambu dikeluarkan dan ditempatkan di mangkuk.

Agar tangan tidak kotor karena bambu yang terbakar, saat menuangkan isi bisa menggunakan kertas minyak atau tisu untuk melapisi bambu itu.

Agar rasa makin nendang, beri garnish berupa cincangan daun selederi dan bawang goreng yang gurih.

Timbungan ini juga bisa dibawa sebagai buah tangan.

Sesampai di rumah, isi dikeluarkan dari bambu dan bisa dihangatkan tanpa minyak di pan atau wajan.

Jika ingin menyimpannya, cukup taruh di dalam freezer lemari pendingin dan hangatkan ketika ingin disantap kembali,

Selain pemakaian daging kerbau yang masih jarang ditemui, pengolahan bumbu yang diterapkan Gusde pun berbeda.

Ia mengolah bumbunya lalu akan difermentasikan selama berbulan-bulan.

Baginya ada proses kimiawi yang terjadi dalam bumbu yang telah dicampur dengan daging sehingga rasanya beda.

Bumbu dan daging tersebut akan disimpan di dalam lemari pendingin dan suhunya harus berada di -26 derajat celcius.

- Menu dan Tarif -

Menu Paket : Rp 25 ribu

Timbungan : Rp 50 ribu

Bakso Kerbau : Rp 10 ribu

Kopi Bali : Rp 5.000

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini