News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Belajar dari Kemenangan Obama‬

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Anwar Sadat Guna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Barack Obama dan Mitt Romney.

Arya Bima Sugiarto, Ketua DPP PAN

Kata orang, pengalaman adalah guru yang baik. Saya percaya bahwa belajar dari pengalaman orang lain adalah yang terbaik.

Saya sangat beruntung berada di Amerika Serikat ketika bangsa ini menyelenggarakan salah satu pemilihan Presiden yang paling dramatis dalam sejarah Amerika.

Lembaga yang mengundang adalah American Council for Young Political Leaders (ACYPL), suatu lembaga nirlaba yang sejak 1966 fokus pada program membangun jaringan komunikasi pemimpin politik muda sedunia.

Pilpres kali ini sangat unik, karena terjangan badai Sandy yang sangat hebat telah memberikan dampak signifikan bagi peta politik di hari-hari akhir kampanye.

Tidak saja dalam hal jadwal kampanye, namun juga strategi dan isu kampanye. Romney kehilangan momentum terbaiknya karena badai ini. Isu andalan Romney untuk menyerang Obama yaitu kemunduran ekonomi dan tingginya pengangguran seketika tergeser dengan masifnya pemberitaan mengenai dampak bencana.

Obama kemudian mendapat momentum untuk menunjukan kelasnya sebagai commander in chief dengan terjun langsung memimpin penanganan bencana.

Hal yang menarik adalah kedua kandidat menunjukan kelasnya sebagai negarawan dengan sepakat untuk puasa bicara politik dan menghentikan jadwal kampanye untuk beberapa hari.

Tiga hari menjelang pemungutan suara. Saya sempat hadir pada kampanye Romney dan Obama di Denver Colorado. Sebagai pendukung Obama, saya sempat khawatir membandingkan kedua kampanye tersebut.
Kampanye Romney sangat megah dan meriah dibanding Obama. Diadakan di stadion olahraga dengan kapasitas sekitar 30 ribu dan penuh, lengkap dengan tata suara dan pencahayaan layaknya konser musik.

Sementara kampanye Obama diadakan di lapangan kampus dengan kapasitas sekitar 5 ribu orang dan panggung seadanya. Ya, Romney adalah pengusaha sukses yang kemudian menjadi gubernur dan didukung oleh banyak kelompok pengusaha kaya di Amerika.
Keputusan kontroversial dari Mahkamah Agung Amerika yang menghapus batas sumbangan pengusaha dalam kampanye pilpres jelas sangat menguntungkan kubu Romney. Iklan kampanye Romney di media juga jauh lebih masif dan intensif ketimbang Obama.

Nah dari latar tersebut banyak pengamat yang memprediksi bahwa Romney memiliki kans untuk menang tipis dari Obama. Saya pun sempat terpengaruh dengan berbagai analisa tersebut sampai pagi hari ketika saat pemungutan suara.

Hari selasa pagi ketika rakyat Amerika mulai bergegas ke TPS-TPS, saya pun mulai berkeliling untuk sebanyak banyaknya berbincang dengan pemilih di sekitar tempat saya menginap di kota Denver, negara bagian Colorado.

Colorado adalah satu dari 11 negara bagian yang dikategorikan swing states atau tempat bagi pemilih mengambang yang tidak bisa digolongkan menjadi basis, baik republik atau demokrat.

Saya cukup tercenggang ketika menemukan fakta bahwa nyaris semua yang saya ajak bicara merespon dengan jawaban yang sama. Bagi mereka terlepas dengan segala kontroversi tentang kinerja di bidang ekonomi, mereka yakin Obama jauh lebih jujur dan tulus dibanding Romney.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini