Ditulis oleh : Diza Gambino Widjaya Zeno Indonesia untuk Pertamina CSR
TRIBUNNERS - Indonesia menyumbang 72 persen oksigen dan 44 persen di antaranya menjadi tanggung jawab Kalimantan Timur.
Data tersebut diungkapkan oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek dalam jamuan makam malam bersama peserta lokakarya REDD+ pada tahun 2013.
Tidak heran bila Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia karena keberadaan areal hutan tropisnya yang sangat luas.
Hutan ini juga menjadi habitat jutaan spesies flora dan fauna. Hutan Lindung Sei Wain (HLSW) sendiri yang terletak di Kota Balikpapan merupakan benteng terakhir pertahanan keanekaragaman hayati di kota yang mendapat julukan Kota Beruang tersebut.
Disebut sebagai miniatur hutan primer Kalimantan oleh para ahli kehutanan, hutan ini termasuk ke dalam tipe hutan Dipterocarpa dataran rendah, yang dulunya hampir menutupi seluruh wilayah antara Balikpapan-Samarinda.
Berdasarkan data litbang (penelitian dan pengembangan) UP HLSW & DAS Manggar pada tahun 2011-2012, disebutkan bahwa di HLSW terdapat 94 jenis hewan menyusui, 228 jenis burung, 23 jenis reptil, 17 jenis amfibi, 17 jenis ikan, dan 126 jenis serangga.
Sementara untuk flora, terdapat 124 famili flora dan 451 jenis pohon herba, seperti spesies jahe raksasa yang diberi nama Jahe Balikpapan (Etlingera balikpapanensis) yang hanya dapat ditemukan di hutan ini.
Hutan yang dikelola oleh Badan Pengelola (BP) Kebun Raya Balikpapan ini juga memiliki jenis pohon kanopi atau pohon tinggi yang menduduki peringkat tertinggi di Asia Tenggara, seperti Bangkirai (Shorea laevis), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis).
Terdapat pula jenis-jenis epifit (anggrek), pakis dan tumbuhan rambat lainnya juga masih tumbuh dengan subur.
Dengan luas wilayah mencapai 9.782 hektar, HLSW menghadapi tantangan besar yaitu gangguan dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Sejak dahulu HLSW dihantui oleh aksi perburuan liar, pembalakan hutan, penebangan dan perambahan hutan serta kebakaran hutan.
Untuk membantu melindungi keanekaragaman hayati di hutan tersebut, PT Pertamina (Persero) bersama Badan Pengelola Kebun Raya Balikpapan dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggagas serangkaian program yang diberi nama Pertamina Ecopedition di tahun 2013.
Pertamina Ecopedition merupakan sebuah program ekspedisi pencarian bibit flora asli Kalimantan untuk diselamatkan dan dilestarikan.
Ekspedisi pertama pada memakan waktu selama 15 hari di Hutan Labanan Berau. “Melalui ekspedisi tahap pertama di tahun 2013, kami berhasil menemukan 5.592 spesimen, yang terdiri dari 324 jenis tanaman kayu dan non-kayu, serta 43 jenis tanaman anggrek,” kata Aminuddin yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Unit Pelaksana Kebun Raya Balikpapan.