PLTU Celukan Bawang hanya berjarak 20 km dari Pantai Lovina, kawasan wisata populer yang terkenal dengan pantai pasir hitam, terumbu karang, dan lumba-lumba.
Emisi dari pembangkit batu bara juga akan membahayakan lingkungan Taman Nasional Bali Barat, rumah bagi satwa langka dan dilindungi termasuk macan tutul Jawa, trenggiling dan jalak Bali yang statusnya sangat terancam.
Pariwisata sangat penting bagi ekonomi lokal, mendukung sekitar satu dari setiap tiga pekerjaan di Bali. Udara yang tercemar dari pembangkit batu bara akan mengusir para wisatawan ini, membuat ribuan pekerjaan berisiko dan mengancam rencana pemerintah untuk memperluas pariwisata di Indonesia.
Baca: Polisi Ringkus Kawanan Begal yang Mengincar Wanita Sebagai Korbannya
"Pemerintah ingin menarik lebih banyak wisatawan asing ke Bali, tetapi siapa yang akan ingin mengunjungi sebuah pulau yang udaranya tercemar oleh emisi dari batu bara," kata Hindun Mulaika.
Lingkungan dan ekonomi Bali dikorbankan untuk kepentingan perusahaan listrik ketika listrik dari pembangkit ini bahkan tidak diperlukan.
“Dengan tidak terteranya proyek ekspansi PLTU Celukan Bawang 2x330 MW dalam RUPTL 2017 dan 2018, menandakan bahwa proyek ini tidak dibutuhkan lagi," kata Dewa Atnyana, Direktur LBH Bali.
“Kami menyerukan kepada gubernur untuk melindungi Surga Bali, dan tidak membawanya ke masa depan yang kotor dan tercemar.”