Dalam konteks kehidupan politik era milenial, nilai pengorbanan justru lahir dari tekanan kapitalisasi dan instrumentaliasi politik demi singgasana kekuasaan. Kapitaliasi politik memberi ruang bahwa politik dirancang dan dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak yang bermodal.
Politik transaskional nyatanya berimbas pada kebijakan dan sarana ekonomi yang memberi akses yang mumpuni bagi para investor untuk menginvestasikan modalnya di berbagai pelosok negeri tanpa ada perlindungan dan pengawasan yang jelas dari mata yuridis. Sebab hukum sengaja dibutakan oleh politik.
Indonesia telah dijajah oleh bangsanya sendiri. Bentuk penjajahan itu dapat dilihat dari berbagai kebijakan ekonomi dan politik yang tidak berpihak pada masyarakat miskin. Benar apa yang telah didengungkan Bung Karno, "Perjuanganku lebih muda karena melawan penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit, karena melawan bangsamu sendiri."
Seruan BungKarno ini selain bernada sinis, tetapi lebih dari itu merupakan sebuah seruan moral bahwa pengabdian merupakan nilai utama dari sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara. Di mana, dengan semangat pengabdian, setiap orang diyakini dapat melayani sesama dan menemparkan kepentingan bersama di atas kepentingan individu atau kelompok.
Maka dari itu, kaum muda setidaknya menjadi 'malaikat penyelamat' dan ditopang oleh semangat pengorbanan dan pengabdian kepada masyarakat miskin, dapat memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan politik Indonesia.
Kontribusi itu dapat diwujudnyatakan melalui kebebasan berpendapat, memberi kritikan dan seruan moral kepada para penguasa dan para elit politik terhadap berbagai ketimpangan politik dan ekonomi.
Selain itu, terlibat langsung dalam politik praktis dengan memberi pendidikan dan sosialiasi politik yang baik kepada masyarakat merupakan amanah demokrasi. Sebab, kehidupan demokrasi akan berjalan dengan baik, apabila masyarakat tidak gagap politik.
Kaum muda tidak bisa dilepas-pisahkan dari kehidupan politik. Politik dan kaum muda memiliki keterkaitan dan keterikatan dengan histori kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada masa penjajahan, politik justru lahir dari pemikiran para intelektual muda dalam mensiasati kemerdekaan. Mereka mencoba untuk merangkai pita kemerdekaan melalui orasi, taktik dalam biropolitik-kolonialiasi bangsa penjajah dan mengadakan perlawana yang militan di berbagai daerah sehingga pada akhirnya Bangsa Indonesia mendapatkan kembali kemerdekaannya dari tangan bangsa penjajah.
Wajah buram perpolitikan Indonesia saat ini, mengharuskan kaum muda bertindak lebih produktif terhadap solusi dalam mengatasi berbagai persoalan di berbagai sektor kehidupan.
Untuk meningkatkan produktifitas tersebut, kaum muda harus berkacah pada nilai-nilai kebangsaan kaum muda pendahulu. Semangat nasionalisme dan merevitaliasi nilai kemerdekaan merupakan beberapa diantara nilai-nilai yang dapat dimalakan dari rentetan peristiwa kemerdekaan Indonesia.
Dalam tataran ini, kaum muda tidak lagi sebagai penonton dalam pementasan panggung politik di era milenial. Melainkan, jawaban terhadap berbagai masalah dan ketimpangan sosial yang terjadi. Kaum muda adalah agen of change terhadap carut-marut dan disorentasi politik.
Keterlibatan kaum muda dalam kehidupan demorasi serta partisipasi aktif kaum muda dalam politik praktis merupakan 'roket pendorong' bagi masyarakat dalam menciptakan kehidupan demokrasi yang beradab, humanis dan berkualitas.