News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Andi Arief Terjerat Narkoba

Catatan Seorang Kawan untuk Andi Arief

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol M Iqbal saat menggelar konferensi pers mengenai penangkapan Andi Arief atas penyalahgunaan narkotika jenis sabu di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019). Kadiv Humas Mabes Polri membenarkan bahwa Politisi Partai Demokrat Andi Arief tertangkap disebuah hotel dikawasan Jakarta Barat tengah mengkonsumsi sabu. (Tribunnews/Jeprima)

Ketika Peristiwa 27 Juli 1996 meletus (inilah pengantar ke eskalasi politik kejatuhan kediktatoran Orde Baru), dan SMID dituduh sebagai dalang kerusuhan itu dan dicap sebagai organisasi terlarang, AA tiba-tiba muncul di sebuah jumpa pers di Yogya, yang diorganisir diam-diam, dan setelah memberi pernyataan menggemparkan, dia kembali menghilang bersama kawan-kawannya.

Jakarta murka karena pada saat jumpa pers itu AA merontokkan semua versi tuduhan Orba itu.

Dia, saat itu Ketua Umum SMID, menjadi buruan nomor satu setelah Budiman Sudjatmiko dan kawan-kawan PRD ditangkap.

Berbagai “hoax” muncul, bahwa anak-anak muda itu adalah titisan komunis, yang tentu saja ditanggapi masyarakat sebagai dagelan politik yang menggelikan.

YB Mangunwijaya pernah menulis kolom di sebuah majalah saat tuduhan itu terlontar, dan dia mencontohkan bagaimana AA yang melakukan jumpa pers diam-diam itu dengan mengenakan baju softbol dituduh aneh-aneh.

"Bagaimana mungkin anak-anak muda berwajah mbois itu komunis?”, begitu kira-kira Romo Mangun menulis.

AA sejak itu memimpin jaringan PRD bawah tanah. Dia sangat garang.

Hidupnya 24 jam politik. Sampai semuanya berakhir di 1998.

Setelah 1998, banyak di antara mantan aktivis mahasiswa itu memilih jalannya masing-masing.

Ada yang meneruskan sekolah sampai PhD, ada yang jadi pengusaha, wartawan, dan tentu saja politisi.

AA memilih jalan politik, dan dia dengan sadar menjalaninya dengan berbagai risiko.

Saya tahu banyak yang jengkel dengan ulahnya, meskipun banyak juga yang memuji manuvernya.

Tentu banyak yang saya tak tahu juga, misalnya bagaimana dia bisa berujung dengan apa yang diberitakan hari-hari ini.

Bagi saya pribadi, AA tetaplah seorang kawan, dan demikian terus adanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini