News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Demokrasi Gotong Royong Indonesia

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pose bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Menhan Prabowo Subianto dan Ketua DPR RI Puan Maharani.

Negara cukuplah hanya menjadi penjaga malam saja (night watch state).

Maka persaingan antar individu sangat dianjurkan sehingga yang tersisa adalah individu yang unggul, kuat, sehat sebagai pemenang.

Sehingga setiap kepunahaan si lemah adalah pupuk bagi liberalisme. Dalam urusan bernegara, liberalisme meletakkan pihak yang kalah di kursi oposisi, sampai nanti dalam pemilihan berikutnya rakyat memberi penilaian apakah si oposisi layak menjadi pemenang pemilu untuk duduk di pemerintahan, dan sebaliknya.

Maka kubu oposisi selalu mengkritisi seluruh kebijakan pemerintah dengan menawarkan solusi-solusi alternatif yang dianggap lebih berpihak untuk kepentingan rakyat.

Format demokrasi itulah yang terjadi di seluruh daratan Eropa dan Amerika, misalnya dipraktekkan oleh Partai Demokrat versus Partai Republik di Amerika Serikat, atau Partai Konservatif versus Partai Buruh di Inggirs.

Partai-partai lain melibatkan diri dalam salah satu dari kedua kubu.

Demokrasi Gotong Royong

Walaupun Indonesia menganut prinsip dasar demokrasi dalam system bernegara, namun demokrasi yang dijalankan bukanlah seperti demokrasi modern.

Format demokrasi Liberal Barat dan Amerika sangat tidak cocok dengan fatsun dan tata krama budaya local Indonesia.

Soekarno berujar dalam Sidang BPUPKI, “Kita sudah lihat, dinegara-negara Eropah … adalah parlementaire démocratie. … Tetapi tidakkah di Eropah djustru kaum kapitalis meradjaléla?

Founding Fathers menolak demokrasi liberal, sebagaimana Soekarno mengungkapkan keburukan demokrasi liberal sehingga harus ditolak:

"Wakil kaum buruh jang mempunjai hak politiek itu, di dalam Parlemen dapat mendjatuhkan minister. Ia seperti Radja! Tetapi didalam dia punja tempat bekerdja, didalam paberik, — sekarang ia mendjatuhkan minister, bésok dia dapat dilémpar keluar kedjalan raja, dibikin werkloos, tidak dapat makan suatu apa”.

Menurut Founding Fathers, demokrasi yang kita anut adalah demokrasi yang khas Indonesia yang digali dari format dasar musyarwah yang sudah berlangsung selama ribuan tahun di desa-desa di seluruh Indonesia.

Demokrasi yang khas Indonesia itu adalah demokrasi gotong royong yakni tidak ada oposisi.

Indonesia mengutamakan musyawarah untuk menjaga harmoni, memelihara nilai-nilai keakraban dalam kohesi social.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini