News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

In memoriam Bob Hasan: Sakit Jika Tak Memberi

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bob Hasan

Ketiga, saat saya bersama dua senior saya Mas Adi Wargono, Mas Istiqom, dan dua sahabat lainnya Neta S. Pane serta Eko, datang ke Pulau Nusa Kambangan, tahun 2002. Baik Mas Adi maupun Mas Istiqam memang anak buah Pak BH di Majalah Sportif.

Kami ke Cilacap sesungguhnya untuk keperluan lain, tapi karena sudah dekat Nusa Kambangan, maka kesempatan ini tak disia-siakan. Begitu sampai di Penjara Batu, kedua senior saya langsung diminta masuk. Saya bertiga, menunggu di ruangan lain.

Tak sampai 10 menit, ada utusan yang menjemput saya. "Pak Nigara, mari..," kata seorang petugas.

Saya? Memang Pak Bob kenal saya? Begitu tanya saya dalam hati. Ketika tiba di ruang khusus, di luar dugaan saya, Pak Bob menyambut saya. "Ee elo... wartawan sombong itu!" ujar Pak Bob sambil tertawa.

"Gua seneng biar sombong elo mau nengokin gua," katanya lagi.

Sentuhan saya terakhir terjadi di tahun 2010. Waktu itu saya menjafi direktur PPU (oprrasional) PPK-GBK. Ada final Piala Presiden (SBY) antar Angkatan TNI dan Polri. Ketua pelaksananya Irjen Djoko Susilo.

SBY menurut AKBP Guritno, asisten Djoko yang saat itu menjabat sebagai Kakorlantas, minta finalnya di Stadion Madya. Namun usaha mereka gagal karena Pak Bob, menolak.

Seperti kita ketahui, Pak Bob memegang surat dari Mensesneg Sudharmono untuk mengelola stadion itu. Suratnya satu lembar, tapi sakti sekali. Ada tanggal dimulai, tapi tak ada tanggal batas akhir.

Mensesneg waktu Pak Sudi Silalahi meminta pada Dirut PPK-GBK, Bambang Prajitno agar stadion bisa dipakai. Tarik-menarik terjadi. Saya ambil jalan pintas, alhasil final pun terlaksana.

Pak Bob, marah sekali dengan saya. Tapi, setelah saya jelaskan, akhirnya beliau bisa menerima.

"Elo wartawan sombong yang bisa jadi direktur. Gua seneng lapangan gak rusak," katanya sambil terkekeh.

Ya, bagi Pak Bob, Stadion Madya sudah seperti rumahnya yang kedua. Ia marah karena takut fasilitas rusak. Ia khawatir atlet tak bisa maksimal.

Selain itu, Pak Bob memang merogoh sakunya sendiri untuk merenovasi fasilitas stadion itu. Tidak sedikit, pasti. Maklum, stadion itu pernah dipakai untuk greyhound, pacuan anjing sangat lama dan membuat stadion jadi usang serta bau.

Pak Bob saat ini terbaring kaku. Ruhnya telah keluar dari tubuhnya yang sudah renta. Tapi, semangatnya yang membara seperti masih terasa.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini