Akibatnya, banjir sudah sangat jauh berkurang. Bencana longsor tidak ada lagi.
“Tapi menurut saya itu hanya sebab-akibat. Lebih penting dari itu adalah, saat ini sudah banyak warga Maluku Tengah yang sadar akan pentingnya penghijauan. Sadar akan bahaya menebang pohon secara liar. Jadi menurut saya, tumbuhnya kesadaran masyarakat inilah yang tak ternilai harganya,” kata Isaach serius.
Indikasi lain kesadaran masyarakat menanam pohon, adalah datangnya permintaan bibit ke Batalyon.
“Perlu saya laporkan, Pak Doni waktu itu tidak hanya menanam pohon, tapi juga meminta kami menyiapkan satu juta bibit pohon tanaman, berupa pohon keras, pohon buah, dan rempah,” katanya.
Perintah Doni terlaksana dengan baik. Hingga kini, batalyon selalu siap dengan satu juta bibit tanaman.
Untuk pohon keras, mereka memiliki beberapa jenis, antara lain bibit pohon merbau, meranti, jabon merah, masoya, dan palaka.
Sedangkan untuk pohon buah, hampir semua jenis buah mereka punya.
Buah durian, sukun, duku, manggis, rambutan, dan lain-lain.
Sedangkan tanaman rempah yang mereka siapkan bibitnya antara lain cengkeh dan pala.
Bibit-bibit itu akan diberikan secara gratis kepada siapa saja yang berniat melakukan penghijauan atau penanaman.
“Pesan bapak (Doni Monardo-pen), tidak boleh menjual bibit. Bibit harus diberikan kepada siapa saja yang datang dan memerlukan secara gratis. Silakan datang dan minta, kami beri,” kata Isaach.
Ditegaskan, sejak 2017 sampai sekarang, kebun pembibitan Batalyon 731 tidak pernah kosong.
Selalu tersedia. Bibit-bibit itu, pada akhirnya tidak hanya menyebar ke seluruh wilayah Maluku dan Maluku Utara, tetapi sampai ke luar Maluku.
“Benar, pernah ada yang minta dari Palembang, dan kami kirim ke sana,” kata Isaach.
Demi mendengar semua kabar baik dari Masohi tadi, sungguh menggembirakan. Buah-buah sukun yang masih tersisa barang-satu-dua butir, pasti akan lebih nikmat lagi rasanya.