Penyanyi kenamaan Amerika, Bruce Springsteen merasakan keraguan sebagaimana Chomsky.
Mengutip laporan editorial The New York Time berjudul "The America We Need", Springsteen menegaskan bahwa ada kesenjangan sangat dalam antara mimpi Amerika dengan realitas Amerika. Springsteen mengutip filsuf Harry Frankfurt, "It does not matter wether some people have less than others. What matter is that some people don't have enough. Luck adequate income, no wealth and don't enjoy decent housing, health care or education".
Tidak menjadi masalah apabila sebagian orang memiliki sesuatu yang lebih sedikit dari yang lainnya. Yang menjadi masalah adalah banyak diantaranya sama sekali tidak memiliki apa-apa.
Mereka tidak memiliki pendapatan cukup, tidak menikmati rumah yang layak, tanpa akses pendidikan dan kesehatan.
Kesenjangan sosial adalah salah satu tantangan terbesar Biden-Harris. Forbes tahun 2017 menemukan bahwa hanya tiga orang, Jeff Bezos, Warren Buffett dan Bill Gates memiliki kekayaan lebih besar dari separuh penduduk Amerika.
Di bulan September 2019, Biro Sensus Nasional melaporkan bahwa indeks kesenjangan di Amerika mencapi level tertinggi dalam 50 tahun terakhir. Rasio gini meningkat tajam. Dari 48,2 di tahun 2017 menjadi 48,5 di tahun 2018.
Angka gini rasio ini menempatkan Amerika sebagai negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi diantara negara anggota G7.
Meski terdapat kemajuan ekonomi secara signifikan, kondisi ekonomi warga kulit hitam jauh lebih buruk dari kulit putih atau populasi secara keseluruhan.
Tingkat pengangguran kulit hitam secara konsisten dua kali lebih tinggi dari kulit putih. Karenanya, kulit hitam dua kali lipat kemungkinannya untuk hidup dalam kemiskinan ketimbang kulit putih. Sementara anak-anak kulith hitam tiga kali lipat kemungkinannya untuk hidup dalam kemiskinan ketimbang anak-anak kulit putih.
Data muram lainnya adalah kasus penembakan polisi terhadap kulit hitam, penduduk asli, serta kulit berwarna (BIPOC) tiga kali lebih tinggi dari kulit putih.
Menurut Forbes, sejak Januari 2015 terdapat 4,728 penembakan oleh polisi. Separuh diantaranya adalah kulit putih (2,385), kulit hitam (1,252), Hispanik (877) dan lainnya (214).
Meski separuh yang tertembak adalah kulit putih, proporsi kulit hitam dari total jumlah penduduk yang kurang dari 13%, menempatkannya di proporsi terbesar kategori ras yang tertembak.
Kondisi di atas diperparah oleh dampak virus corona yang semakin mengkhawatirkan. Hari ini sudah 25,2 juta kasus di Amerika, sekitar 419.000 dinyatakan meninggal dunia.
Kekurangan peralatan medis dan obat-obatan, keterbatasan fasilitas rumah sakit adalah masalah serius yang tengah dihadapi oleh Amrika.
Dikepung oleh begitu banyak masalah akut dalam negeri. Biden-Harris juga menghadapi masalah luar negeri yang tidak ringan.
Persaingan dagang dengan Tiongkok, konflik di Laut Cina Selatan, ancaman pemanasan global, konflik Timur Tengah khususnya Israel-Palestina, konflik di Syria, kesepakatan nuklir dengan Iran adalah sederet masalah yang menunggu tangan dingin seorang Joe Biden.
Di salah satu bagian pidato pelantikannya, Biden antusias menyerukan, “Kita akan terus maju dengan cepat dan segera, karena banyak yang harus kita lakukan di musim dingin yang penuh bahaya dan kemungkinan. Banyak yang harus diperbaiki. Banyak yang harus dipulihkan. Banyak yang bisa disembuhkan. Banyak yang harus dibangun. Dan banyak yang harus diraih..”.
Melalui pengalamannya yang panjang, Amerika dan Dunia berharap, Biden mampu memberi perbedaan dan meraih capaian yang diidamkan oleh mimpi Amerika, mimpi yang telah menghantui perjalanannya sebagai sebuah bangsa yang tak jua sanggup diwujudkan.
Pergolakan di Amerika hendaknya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia bahwa untuk mempertahankan demokrasi, dan keutuhan sebuah bangsa, optimisme tidaklah cukup. Dibutuhkan tekad yang kuat untuk bertahan dari turbulensi.
Dibutuhkan kekompakan melawan keculasan dan tipu daya. Dibutuhkan keberanian untuk saling mengingatkan. Dibutuhkan jiwa besar untuk mengakui kekalahan. Dibutuhkan pemimpin visioner sebagai cahaya yang menerangi koridor masa depan.
Amanda Gorman, dalam suasana haru pelantikan Joe Biden, membius dunia dengan puisinya yang memukau.
For there is always light,
If only we’re brave enough to see it
If only we’re brave enough to be it.
Akan selalu ada cahaya, hanya jika kita cukup berani melihatnya. Hanya jika kita cukup berani menjadi cahaya.